INSAN TAQWA

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA,INSAN TAQWA ,ADALAH MANUSIA YANG SELALU MELAKSANAKAN AJARAN ALLAH DAN ROSULNYA,PENGUMUMAN BAGI SIAPA SAJA YANG KESULITAN MENGHITUNG HARTA WARIS,TLP.081310999109/081284172971/0215977184 DENGAN BAPAK WAHDAN.SAG

Minggu, 13 November 2011

Metode Memahami Islam dengan benar


Bottom of Form

Metode Memahami Islam dengan benar
Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman dalam surat Al-Maidah 3, yang artinya: “Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikamat-Ku dan telah Ku ridhai islam sebagai agamamu.”
Ibnu Katsir dalam mengomentari ayat ini mengatakan, bahwa ini (islam) adalah nikmat terbesar Allah ‘Azza wa Jalla atas ummat ini, dimana Allah ‘Azza wa Jalla telah menyempurnakan agama ini untuk mereka. Maka mereka tidak lagi membutuhkan agama lagi selain islam dan kepada nabi selain Rasulullah saw. Oleh karena itu Allah ‘Azza wa Jalla telah menjadikan Muhammad saw sebagai penutup para nabi dan mengutus beliau saw kepada manusia dan jin. Maka tidak ada lagi penghalalan kecuali apa-apa yang telah beliau halalkan, dan tidak ada lagi pengharaman kecuali apa-apa yang telah beliau saw haramkan, dan tidak ada lagi yang merupakan bagian dari agama kecuali dengan apa-apa yang beliau syari’atkan. Semua yang beliau saw sampaikan adalah benar dan tidak ada kedustaan sedikitpun.
Dengan ayat ini pula Allah ‘Azza wa Jalla telah menyempurnakan iman seseorang mukmin sehingga mereka tidak lagi membutuhkan penambahan atau pengurangan terhadap syari’at agama ini selamanya.
Kalau hal ini dipegang oleh seorang muslim, niscaya tidak akan muncul berbagai bid’ah dan perpecahan dalam agama ini yang menyebabkan kita memahami islam tidak seperti apa yang dikehendaki oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan RasulNya saw.
Selanjutnya akan muncul pertanyaan, bagamana manhaj (metode) dalam mempelajari, memahami dan mengamalkan Islam secara benar? Jawabannya adalah jika manhaj atau metode yang kita tempuh sesuai dengan hal-hal berikut ini:

Kitabullah/Al-Qur’anulKarim
Firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam surat Al-An’am: 155, yang artinya: “Dan Al-Qur’an ini adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat.”
Sabda Rasulullah: “Sesungguhnya aku tinggalkan bagimu dua perkara, salah satunya adalah Kitabullah (Al-Qur’an) yang merupakan tali Allah ‘Azza wa Jalla. barang siapa yang mengikutinya maka ia berada di atas hidayah dan barang siapa ynag meninggalkannya berarti ia dalam kesesatan.” (HR. Muslim). Maka golongan yang pemahamannya dan amaliyahnya benar ialah yang senantiasa mendasarkan diri kepada Al-Qur’an . dan mereka juga tidak pernah melakukan penetangan terhadap Al-qur’an baik dengan dalil logika, perasaan, perkataan Syaikh, akal, kasyaf (perasaan dapat melihat sesuatu di luar kemampuan manusia biasa dalam alam ghaib,pent),kata hati dan yang serupa dengannya.
As-Sunnah yang shahih dari Rasulullah saw
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam memahami dan mengamalkan Al-qur’an kita memerlukan As-Sunnah yang berisi penjelasan terhadap ayat-ayat yang bersifat global. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman : “dan kami telah menurunkan kepadamu Az-zikr (al-qur’an), agar kamu (Muhammad) menerangkan kepada ummat Manusia terhadap apa yang telah diturunkan kepada mereka agar mereka memikirkan” (QS. An-Nahl: 44)
Pada hakekatnya segala sesuatu yang diucapkan Rasulullah saw juga merupakan wahyu yang diturunkan Allah ‘Azza wa Jalla sehingga wajib bagi kita untuk mentaati segala perintah beliau saw dan menjauhi larangannya.
Mentaati Rasulullah saw berarti mentaati Allah ‘Azza wa Jalla. Hal ini sesuai dengan firman Allah ‘Azza wa Jalla: “Barang siapa yang mentaati rasul, maka sesunguhnya ia telah mentaati Allah ‘Azza wa Jalla. Dan barang siapa yang berpaling dari (ketaatan itu), maka kami tidak akan mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka” (Qs. An-Nisa: 80). Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman: “apa yang diberikan rasul kepaamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah” (Qs. Al-Hasyr: 7).
Atsar (jejak) para sahabat
Para sahabat adalah orang-orang yang mendapat didikan langsung dari Rasulullah saw. Mereka yang lebih tahu tentang sebab-sebab turunnya ayat tersebut. Tidak heran bila Rasulullah saw menobatkan mereka sebagai generasi terbaik sebagaiman sabda beliau :”sebaik-baik Manusia adalah generasiku (para sahabatku)…”. (HR. Bukhari-Muslim).
Allah ‘Azza wa Jalla juga telah memberikan keridhaan-Nya ‘Azza wa Jalla kepada mereka sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:”orang-orang yang dahulu lagi pertama-tama masuk islam dari kalangan muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, dan Allah janjikan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya. Mereka kekal didalamnya selama-lamanya itulah kemenangan yang besar”. (Qs. At-Taubah: 100).
Jika Allah ‘Azza wa Jalla sudah ridha kepada mereka, pasti mereka adalah orang-orang yang benar dan selamat. Maka jika kita ingin selamat, kita juga harus mengikuti mereka dalam setiap sisi kehidupan kita, baik dalam hal aqidah, ahlaq, ibadah maupun muamalah.
Sebagaimana keselamatan itu juga dijamin oleh Rasulullah saw dalam sabdanya: “Ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan semuanya dineraka kecuali satu. Mereka (para sahabat) bertanya siapa itu golongan itu wahai Rasulullah saw? Jawab Beliau siapa saja yang seperti keadaanku dan para sahabatku pada hari ini.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, hadits hasan)
Beliau saw juga memerintahkan: “barang siapa yang hidup diantara kalian sepeninggalku, maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin setelahku. Peganglah ia erat-erat dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu” (HR Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Atsar (Jejak) Para Tabiin Dan Tabi’ut Tabi’in
Tabi’in adalah murid para sahabat, sedangkan tabi’ut tabi’in adalah murid para tabi’in. mereka ini bersama sahabat dikatakan sebagai tiga geneasi terbaik. Rasulullah saw bersabda: sebaik-baik Manusia adalah generasiku(sahabatku) kemudian yang datang setelah mereka (tabi’in), kemudian yang datang setalah mereka (tabi’ut tabi’in). (HR. Bukhari-Muslim).
Tabiin dan tabi’ut tabi’in yang shalih dan utama tidak pernah mengajarkan dan menganjurkan memahami dan mengamalkan islam melainkan apa-apa yang sudah paten dari Al-qur’an dan sunnah Nabi, dengan tanpa menambah dan mengurangi.
Dari apa-apa yang telah diuraikan secara ringkas tadi, akhirnya kita mendapatkan jawaban sekaligus solusi dari pertanyaan: kenapa dalam islam terdapat banyak golongan atau faham yang masing-masing mereka mengaku berpedoman pada Al-qur’an dan sunnah dengan hawa nafsu atau logika dan perasaannya sendiri-sendiri. Dan solusi dari semua ini adalah mengembalikan lagi pemahaman islam kita pada apa-apa yang difahami oleh salafus-shalih, yaitu tiga generasi prtama ummat ini sebagaimana yang tersebut pada hadits diatas (yaitu sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in). semoga Allah senantiasa memudahkan langkah kita untuk selalu berjalan diatas jalan mereka. Amin.


Rabu, 09 November 2011

SKRIPSI


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan yang di capai dunia dewasa ini tidak bisa dilepaskan dari peran penting pendidikan. Dimana pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah. Hal ini tidak lain untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.
Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri, bahkan semua itu merupakan hak semua warga Negara. Berkenaan dengan ini, di dalam UUD’45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa; ”Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Istilah pendididikan mengandung pengertian sebagai bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sangaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seorang atau kelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk membimbing perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.
Untuk menuju perkembangan kedewasaan tersebut, orang tua kesulitan untuk menangani semua tugas pendidikan pada berbagai macam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu orang tua mengirim anak-anaknya ke sekolah untuk belajar berbagai ilmu pengetahuan. Allah memberikan amanah pada guru dan orang tua untuk membimbing dan mendidik anaknya sehingga menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa Dalam al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang balk” (QS. An-Nahl : 125).
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
(رواه البخاري ومسلم)
Artinya : “Setiap orang dilahirkan membawa fltrah, maka kedua orang tuanyalah yang mendidiknya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi” (Hadist Riwayat Bukhori).
Hadist dan ayat Al-Qur’an diatas terlihat jelas bahwa orang tua dan guru mempunyai beban yang tidak ringan, artinya orang tua mempunyai tanggung jawab untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi anak dalam meningkatkan akhlak mulia dalam menjalani kehidupan di dunia menuju kehidupan di akhirat kelak.
Dalam hal ini dapat kiranya di fahami betapa pentingnya proses mendidik anak dalam lingkungan yang kondusif. Sekolah menjadi tempat yang dianggap kondusif untuk proses perkembangan anak ke arah kedewasaan. Terdapat faktor dominan dalam perkembangan anak yang tidak bisa di pisahkan dalam prosesnya, yaitu agama.
Agama merupakan dasar pijakan manusia yang memiliki peranan penting dalam proses kehidupan manusia. Agama sebagai pijakan memiliki berbagai aturan yang menuntun manusia dan membimbing kehidupannya untuk menjadi lebih baik. Karenanya agama selalu mengajarkan yang terbaik bagi penganutnya. Secara tidak langsung pendidikan agama sebenarnya telah menjadi benteng bagi proses perkembangan anak. Menanamkan pendidikan agama pada anak akan memberikan nilai positif bagi perkembangan anak, pola perilaku anak akan terkontrol oleh aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh agama dan dapat menyelamatkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang kenistaan dan pergaulan bebas yang pada akhirnya akan merusak masa depan anak.
Seperti yang telah disebutkan diatas. Maka pendidikan agama, dalam hal ini penanaman akhlak al-karimah menjadi sangat penting dan mutlak harus ada dalam sebuah institusi pendidikan. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sebagai individu, masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung pada akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, tapi apabila akhlaknya rusak maka rusaklah lahir dan batinnya. Sering terdengar ungkapan dalam dunia pendidikan sebagaimana berikut:
إِنَّمَا اْلأُمَمُ اْلأَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ إِنْ ذَهَبَتْ أَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا
Artinya: Keberadaan sebuah bangsa di sebabkan karena akhlak warga negaranya, bila akhlak warganya hilang, maka eksistensi negara juga akan hilang.
Akhlak menjadi masalah fundamental dalam Islam, dimana tegaknya aktifitas keIslaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menggambarkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni perbuatan itu selalu diulang-ulang dengan kecenderungan hati (sadar). Akhlak merupakan cerminan tingkah laku yang timbul dari hasil perpaduan hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang baik dan mana yang buruk.
Di dalam the Encyclopedia of Islam yang di kutip oleh Asmaran dirumuskan: it is the sciense of virtues and the way how to acquire then, of vices and the way how to guard against them, bahwa akhlak adalah pengetahuan tentang kebaikan dan jalan untuk mencapai kebajikan, menghindari kejahatan dan bagaimana cara untuk menjaganya. Dengan demikian hendaknya di sekolah sebagai guru mampu mengantarkan anak untuk memahami ilmu akhlak dengan harapan agar anak mampu mamahami dan mengaplikasikan akhlak dengan sebenarnya. Menurut Islam pendidikan akhlak adalah faktor penting dalam pembinaan umat untuk membangun bangsa.
Kiranya dapat dilihat bahwa bangsa Indonesia yang mengalami multi krisis di sebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap akhlak. Secara umum prilaku para remaja dewasa ini sangat memprihatinkan. Oleh karena itu program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha dalam pembinaan pemahaman pendidikan akhlak menjadi program sangat penting khususnya di SDN Binong 5 Curug Tangerang. Dari kepentingan yang mendesak seperti telah di gambarkan di atas yang kemudian akan dijadikan sebagai tempat penelitian oleh penulis.
Kejayaan seseorang itu terletak pada akhlak yang baik. Di mana akhlak yang baik selalu membuat seseorang menjadi aman, tenang dan tidak adanya perbuatan yang tercela. Pada dasarnya, kehidupan manusia itu selalu ingin mencari kebahagiaan yang tertinggi. Karena tujuan dasar setiap manusia itu adalah mencapai kebahagiaan yang tertinggi, maka itu Allah memerintahkan untuk berlomba-lomba didalam mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dari pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan, bahwa peranan Akhlak itu sangat penting bagi manusia, apalagi bagi anak-anak. Oleh karena itu di dalam suatu lembaga pendidikan, pendidikan agama sangat berpengaruh besar pada pembetukan karakter seorang anak. Dengan demikian penulis merasa tertarik untuk membahas lebih dalam dengan mengadakan penelitian dan mengkaji terhadap tema tersebut yang dituangkan dalam sebuah ajuan proposal skripsi: ”UPAYA GURU AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK PESERTA DIDIK SDN BINONG 5 CURUG TANGERANG”.

B. Idetifikasi Masalah
Berdasarakan latar belakang yang telah digambarkan penulis diatas, kiranya dapat diidentifikasi permasalahan-permasalah yang melingkupinya sebagaimana berikut ini:
1.      Kemajuan yang di capai dunia dewasa ini tidak bisa dilepaskan dari peran penting pendidikan.
2.       Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri,
3.      Orang tua merasa kesulitan untuk menangani semua pendidikan dalam ilmu pengetahuan.
4.      Secara umum prilaku remaja saat ini sangat memprihatinkan
5.      pembinaan pemahaman pendidikan akhlak menjadi program sangat penting khususnya di SDN Binong 5 Curug Tangerang


C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ialah pertanyaan yang dicarikan jawabannya melalui penelitian,yang dirumuskan dalam suatu kalimat pertanyaan yang merupakan hal yang dipertanyakan (Arikunto,2006:61 )
Berdasarkan  rumusan masalah tersebut ,Sehingga munculah pertanyaan penelitian sebagai berikut;
D. Pertanyaan penelitian
  1. Bagaiaman upaya guru agama Islam SDN Binong 5 Curug Tangerang?
  2. Bagaimana pembinaan Akhlak peserta didik SDN Binong 5 Curug Tangerang?
  3. Bagaimana upaya guru agama islam terhadap pembinaan akhlak Peserta didik SDN Binong 5 Curug Tangerang?
E. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang diajukan, maka penelitian ini  mengambil manfaat dengan tujuan:
  1. Untuk mengetahui upaya guru agama Isalam SDN Binong 5 Curug Tangerang.
  2. Untuk mengetahui pembinaan akhlak peserta didik SDN Binong 5 Curug Tangerang.
  3. Untuk mengetahui upaya guru agama Islam dalam pembinaan akhlak peserta didik SDN Binong 5 Curug Tangerang





BAB II
KERANGKA TEORITIS

A. Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut bahasa, guru diambil dari bahasa Arab yaitu ‘alima, ya’lamu, yang artinya mengetahui. (Muhammad Yunus 1984: 747) Dengan arti tersebut, maka guru dapat diartikan “orang yang mengetahui atau berpengetahuan”. Sebagaimana firman Allah SWT.
ö@è% ö@yd ÈqtGó¡o tûïÏ%©!$# tbqçHs>ôètƒ bqßJn=ôètƒ w tûïÏ%©!$#ur  ÇÒÈ 
Artinya : Katakanlah Adakah sama orang orang yang mengetahui dengan orang – orang yang tidak mengetahui (Qs.Azumar: 9 )
Guru bukan hanya orang yang memiliki ilmu pengetahuan saja, akan tetapi dia harus mengajarkannya kepada orang lain. Sejalan dengan yang dikatakan oleh al-Ghazali: “Barangsiapa yang berilmu, beramal dan mengerjakan, berarti ia merupakan orang yang disebut sebagai hamba mulia di kerajaan langit. Ia bagaikan matahari yang menerangi orang lain dan menerangi diri sendiri. Ia seperti minyak wangi yang membuat orang lain ikut harum dan mengharumkan dirinya sendiri. Sebaliknya orang yang berilmu namun enggan mengamalkannya, bagaikan buku yang memberi manfaat, sedangkan ia sendiri sepi dari ilmu. Bagaikan batu asahan yang menajamkan tetapi ia sendiri tidak mampu memotong.” (Imam Al-Ghazali: 2003: 28).
Di dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, guru ialah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya; profesinya) mengajar. (Dep. Pendidikan dan Kebudayaan: 1990: 288) Hamzah B. Uno, menegaskan bahwa guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru, dalam arti orang yang memiliki kharisma atau wibawa yang perlu ditiru dan diteladani. (2008: 15) Menurut al-Ghazali, seseorang dinamai guru apabila memberitahukan sesuatu kepada siapa pun. Memang, seorang guru adalah orang yang ditugaskan di suatu lembaga untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada pelajar dan pada gilirannya dia memperoleh upah atau honorarium. Akan tetapi, di dalam beberapa risalah filsafat al-Ghazali, seseorang yang memberikan hal apa pun yang bagus, positif, kreatif, atau bersifat membangun kepada manusia yang sangat menginginkan, di dalam tingkat kehidupannya yang mana pun, dengan jalan apa pun, dengan cara apa pun, tanpa mengharapkan balasan uang kontan setimpal apa pun dinamakan sebagai guru atau ulama. (Shafiq Ali Khan: 2005: 62)
Lain dari itu menurut Sardiman A. M. guru adalah salah satu kompnen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. (Sardiman A. M.: 2005; 125)
Bila dilihat dari sisi etimologi, pendidik adalah orang yang melakukan bimbingan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam wilayah institusi pendidikan. (Ramayulis: 2005: 49)
Di dalam literatur kependidikan Islam, terdapat sekian banyak sebutan bagi seorang pendidik, diantaranya sebagaimana berikut:
1.      Ustâdz, yaitu seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesinya, ia selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman.
2.      Mu’allim, berasal dari kata dasar ‘ilm yang berarti menangkap hakikat sesuatu. Ini mengandung makna bahwa guru adalah orang yang dituntut untuk mampu menjelaskan hakikat dalam pengetahuan yang diajarkannya.
3.      Murabbi, berasal dari kata dasar Rabb. Tuhan sebagai Rabb al-‘Âlamin dan Rabb al-Nâs yakni yang menciptakan, mengatur, dan memelihara alam seisinya termasuk manusia. Dilihat dari pengertian ini maka guru adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
4.      Mursyid, yaitu seorang guru yang berusaha menularkan penghayatan (transinternalisasi) akhlak dan atau kepribadian kepada peserta didiknya.
5.      Mudarris, berasal dari kata darasa-yadrusu-darsan wa durûsan wa dirâsatan yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan usang, melatih, mempelajari. Artinya guru adalah orang yang berusaha mencerdasakan peserta didik, menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan mereka sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. (Muhaimin 2006: 13)
6.      Muaddib, berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika, dan adab atau kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir dan batin. Artinya guru adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban (civilization) yang berkualitas di masa depan. (Ramayulis: 2005: 50)
Munculnya kata guru atau pendidik tidak terlepas dari kata “pendidikan”. Umumnya, kata pendidikan dibedakan dari kata pengajaran, sehingga muncul kata “pendidik” dan “pengajar”. Menurut Prof. Dr. Muh. Said yang dikutip oleh Drs. Abidin Ibnu Rusd di dalam bukunya Pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan, pandangan semacam itu dipengaruhi oleh kebiasaan berpikir orang Barat, khususnya orang Belanda, yang membedakan kata onderwijs (pengajaran) dengan kata opveoding (pendidikan). (Abidin Ibnu Rusd: 1998: 62)
Pola pikir semacam itu diikuti oleh tokoh-tokoh pendidikan di dunia Timur, termasuk guru-guru muslim seperti Muhammad Naqib al-Atas. Dalam bukunya The Concept of Education in Islam, beliau membedakan secara tajam antara kata “tarbiyah” atau “ta’dîb” (pendidikan) dan “ta’lîm” (pengajaran). Bahkan dia tidak setuju bila kedua istilah itu digunakan dalam konsep pendidikan Islam. (Abidin Ibnu Rusd: 1998: 63) Jadi, pada dasarnya, pendidikan dan pengajaran atau ta’dib dan ta’lim, mengajar dan mendidik, pengajar dan pendidik adalah sama. Keduanya tidak dapat dibedakan. Oleh karena itu, walau al-Ghazali dalam konsep pendidikannya mengarah kepada pembentukan akhlak, ia tidak menggunakan kata ta’dîb tetapi hanya menggunakan kata ta’lîm, beliau tidak membedakan kedua kata tersebut.
Perbedaan kata di atas biasanya didasarkan pada adanya penekanan makna masing-masing. Pendidikan lebih ditekankan kepada aspek nilai, sedangkan pengajaran pada aspek intelek. Tetapi apabila kita merujuk kepada al-Qur’an dan Sunnah Rasul, keduanya tidak dibedakan. Al-Qur’an dan Sunnah tidak hanya menekankan teori dan mengesampingkan praktik, atau sebaliknya, menekankan praktik dan mengabaikan teori.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, khususnya proses pembelajaran di sekolah dan madrasah, guru memegang peran utama dan amat penting. Perilaku guru dalam proses pendidikan dan belajar akan memberikan pengaruh dan corak yang kuat bagi pembinaan perilaku dan kepribadian anak didiknya. Oleh karena itu, perilaku guru hendaknya dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengaruh baik kepada para anak didiknya. Karenanya, ada beberapa aspek perilaku guru yang harus dipahami antara lain berkenaan dengan peranan, syarat-syarat serta tugas dan tanggung jawab seorang guru.
Pendidikan merupakan sarana yang efektif dan efesien dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan. Pendidikan juga merupakan lembaga kemanusiaan yang tinggi, tanpa pendidikan manusia akan setingkat bahkan lebih rendah dari binatang, serta pendidikan merupakan kegiatan yang selalu mengiringi hidup manusia dan senantiasa dibutuhkan manusia yang dewasa baik rohani maupun jasmani.
Pendidikan secara bahasa berasal dari kata “didik“ yang berarti memelihara, memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) terhadap akhlak dan kecerdasan pikiran. (Depdikbud, 1994: 232)
Dari pengertian diatas tampak bahwa seluruh kegiatan yang ditunjukan untuk membentuk akhlak, budi pekerti dan mengasah keterampilan berfikir adalah kegiatan pendidikan. Secara istilah pendidikan dalam arti yang luas adalah “Semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha untuk menyiapkan generasi muda yang dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. (Soeganda Poerkawatja dan H. A. H. Harahap, 1981: 257) Untuk melengkapi bahasan ini, maka akan dikemukakan beberapa pandangan pengertian pendidikan Islam:
  1. Menurut Prof. HM. Arifin M. Ed. Pendidikan Islam adalah proses membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak didik agar menjadi manusia dewasa sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. (1996: 23)
  2. Menurut A. D. Marimba pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hokum hokum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran ukuran Islam (1989: 23)
  3. Menurut Zuhaerini dkk bahwa “Pendidikan Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam “ (1995: 152)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan pada perbaikan sikap (prilaku) dan mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi dirinya maupu bagi orang lain dan juga pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja akan tetapi bersifat praktis. Maka dari itu pendidikan Islam merupakan pendidikan kepribadian, iman dan amal bahkan pendidkan Islam merupakan pendidikan individu dan pendidikan masyarakat, karena ajaran Islam berisikan sikap dan tingkah laku pribadi dan masyarakat.

2. Peran dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Konsep pendidikan dalam Islam tidak hanya bersipat kognitif (kecerdasan) anak didik dengan menekankan kepada penguasaan materi belaka, tetapi lebih dari itu bagaimana memberikan penekanan pada afektif (sikap) dan psikomotorik (ketrampilan) anak didik, sehingga terjelma pada sebuah kepribadian yang utuh sesuai dengan ajaran Islam dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada allah.
Dalam menjalankan peran sebagai guru yang mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya, hendaknya dapat memenuhi criteria sebagai berikut:
  1. Guru Sebagai Korektor, guru harus dapat membedakan nilai yang baik dan man nilai yang buruk. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan nilai yang buruk harus disingkirkan dari watak dan jiwa anak didik.
  2. Guru Sebagai Inspirator, guru harus dapat memberikan gagasan yang baik bagi kemajuan anak didik. Guru harus dapat memberi petunjuk (inspirasi) bagaimana cara belajar yang baik.
  3. Guru Sebagai Informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu penetahuan dan teknologi, selain bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
  4. Guru Sebagai Organisator, guru memiliki kegiatan pengelolaan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya.
  5. Guru Sebagai Motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Peran ini sangat penting dalam interaksi edukatif.
  6. Guru Sebagai Inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Bukan hanya sebagai pengikut terus menerus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi.
  7. Guru Sebagai Fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegitan belajar anak didik, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
  8. Guru Sebagai Pembimbing, guru membimbing anak menjadi manusia dewasa susila yang cakap dan mandiri.
  9. Guru Sebagai Demonstrator, memperagakan apa yang diajarkan secara diktatis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik, tujuan pengajaran tercapai dengan efektif dan efisien.
  10. Guru Sebagai Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya.
  11. Guru Sebagai Mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan baik jenis dan bentuknya, baik media material maupun nonmaterial.
  12. Guru Sebagai Supervisor, guru dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.
  13. Guru Sebagai Evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyngkut intrinsik maupun ekstrinsik. Guru tidak hanya menilai produk, tetapi juga menilai proses. (http///blogspot.29/3/peranguru.com )
Selain peran guru yang telah di sebutkan di atas, terdapat beberapa fungsi guru sebagai fasilitator, antara lain sebagai berikut:
1.      Merancang tujuan pembelajaran
  1. Mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran
  2. Memotivasi, mendorong, dan menstimulasi Peserta didik. Ada 2 macam dalam memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan reaward
  3. Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar atau belum berjalan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
Guru sebagai demonstrator, fungsi menjadi sosok yang ideal bagi Peserta didiknya. Hal ini dibuktikan pada banyak kejadian nyata bila ada orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka Peserta didik tersebut akan menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan argumen gurunya. Guru adalah acuan bagi peserta didiknya, oleh karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh Peserta didiknya. Guru sebagai demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai suri tauladan bagi Peserta didiknya dan contoh bagi peserta didik.
Guru sebagai evaluator, evaluator atau menilai berperan penting dalam rangkaian pembelajaran. Karena setiap pembelajaran yang diselenggarakan pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain:
  1. Mengetahui
  2. Mengerti
  3. Mengaplikasikan
  4. Analisis
  5. Sintesis (analisis dalam berbagai sudut)
  6. Evaluasi
Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk Peserta didik sehingga hasil nilai yang dicapai bukan hanya sekedar point saja, melainkan menjadi tolak ukur untuk mencari kelemahan pada pembelajaran yang sudah diajarkan. Beberapa hal yang paling penting dalam melaksanakan evaluasi, adalah:
  1. Harus dilakukan oleh semua aspek baik efektif, koqnitif dan psikomotorik
  2. Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dengan pola evaluasi hasil dan evaluasi proses
  3. Evalusi dilakukan dengan berbagai proses instrumen
      4.  Harus terbuka (http: //www.sekolah-dasar.blogspot.com/2008/11/13-peranan-guru)
3. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam
Kompetensi berasal dari bahasa Inggris “competence” yang berarti kecakapan dan kemampuan. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu. (Djamarah 1994: 33) Kompetensi berarti kemampuan atau kecakapan, maka hal ini erat kaitannya dengan pemilikan pengetahuan, kecakapan atau keterampilan guru pendidikan agama Islam.
1. Makna Kompetensi Menurut Para Ahli
    1. Broke dan Stone (Discrivtive of qualitative natur or teacher behavior apperears to be entirely meaning full), kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari prilaku guru yang tampak sangat berarti.
    2. Charles Ejonson (Competency as the rational reinformance wich satisfaktory meets objective for a disired condition) Kompetensi adalah prilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

2. Gagasan Norman Dodl Taxono (my for Teacher Competencies)
Kompetensi guru untuk “sesing and evaluating student behavior” mengenal jiwa anak didik merupakan syarat mutlak dalam proses penentukan kepribadian individu. Kelainan atau kesulitan-kesulitan dalam kepribadian anak didik itu pada umumnya dapat kita kelahui melalui tingkah laku. Beberapa Aspek atau, Ranah yang Terkandung dalam Konsep Kompetensi yaitu: Pengetahuan (knowledge), Pemahaman (understanding), Kemampuan (skill), Nilai (value), Sikap (attitude), dan Minat (interest).
Jadi kompetensi Guru pendidikan agama Islam, merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi yang dimilki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar, tetapi juga harus pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik (Fathurrahman dan Sutikno, 2007: 44). Guru dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogis, personal, profesional, dan sosial. Menurut Muhammad Surya yang dikutip Ramayulis (2005: 60) kompetensi guru agama sekurang-kurangnya ada empat, yaitu:
  1. Menguasai substansi materi pelajaran
  2. Menguasai metodologi mengajar
  3. Menguasai teknik evaluasi dengan baik
4.      Memahamai, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai moral dan kode etik profesi
Pemerintah dalam kebijakan pendidikan nasional telah merumuskan kompetensi guru pada 4 (empat) hal, hal tersebut tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. (Presiden Republik Indonesia, 2005)
Kompetensi Pedagogik. Istilah pedagogik diterjemahkan dengan kata ilmu mendidik, dan yang dibahas adalah kemampuan dalam mengasuh dan membesarkan seorang anak. (Nata: 142) Kompetensi pedagogik digunakan untuk merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut. (Wikipedia: 2011) Kompetensi pedagogik bertumpu pada kemungkinan pengembangan potensi dasar yang ada dalam tiap diri manusia sebagai makhluk individual, sosial dan moral. (Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1998/1999: 15)
Secara lebih sederhana terkait dengan guru, kompetensi pedagogik berarti kemampuan guru dalam mengelola kelas sedemikian rupa agar tujuan pendidikan dapat tercapai, yang didalamnya terdapat banyak cakupan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 dijelaskan tentang kompetensi pedagogik, meliputi:
1.      Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya
2.      Mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran
3.      Menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan (Kementerian Pendidikan Nasional, 2011)
Kompetensi Kepribadian (Personal). Dalam lingkungan sekolah, khususnya ketika guru berada di kelas untuk melaksanakan proses pembelajaran, karakteristik kepribadian akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik. Kepribadian guru yang baik akan menjadi teladan bagi anak didiknya, sehingga menjadi sosok yang memang sudah selayaknya menjadi contoh dan patut ditiru. Dengan kepribadian yang baik guru mempunyai wibawa untuk selalu dihormati dan dipatuhi oleh Peserta didik. Penghormatan dan kepatuhan Peserta didik tumbuh dari kewibawaan guru karena bisa mengayomi, melindungi, mengarahkan dan menjadi teladan bagi Peserta didik. Tanpa harus melalui cara-cara yang bersifat menakutkan.
Menurut Sukmadinata (2000: 192-193), kompetensi personal mencakup:
  1. Penampilan sikap yang positif terhadap tugas-tugas sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan.
  2. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang semestinya dimiliki oleh guru.
3.      Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai suri teladan bagi para Peserta didiknya.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008, yang masuk kedalam kompetensi personal ini yaitu:
  1. Beriman dan bertakwa.
  2. Konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran.
  3. Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
  4. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, individualitas dan kebebasan memilih.
  5. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat.
6.      Menampilkan kinerja berkualitas tinggi.
Guru dalam kesehariannya, terutama dalam proses pembelajaran harus sesuai perkataaan dengan perbuatan, bersikap merendahkan diri, dan tidak merasa malu dengan ucapan “tidak tahu”. (Fahmi, 1979: 169) Konsistensi dalam berperilaku baik setiap hari merupakan bentuk pengejawentahan untuk menjadi sosok yang patut menjadi teladan Peserta didik-Peserta didiknya. Tidak merasa malu dengan ucapan “tidak tahu” ketika anak lebih tahu dulu ketimbang gurunya. Hal ini karena pada era globalisasi arus informasi bergerak dengan cepat, sehingga seringkali guru terlambat mendapatkan informasi yang baru dalam hal-hal tertentu dibandingkan Peserta didiknya. Kompetensi personal atau kepribadian ini merupakan kemampuan guru menampilkan tentang pengetahuan agama, sosial, budaya dan estetika yang berbasis kinerja.

Kompetensi Profesional. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, akan tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional (Sukmadinata: 191). Guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi (profisiensi) sebagai sumber kehidupan. (Syah: 230) Dalam kaitannya profesionalisme guru, Nata (2003: 142-143) menyebutkan ada tiga ciri, yaitu:
  1. Guru yang profesional harus menguasai bidang ilmu pengetahuan yang akan diajarkan dengan baik, benar-benar seorang ahli di bidangnya. Guru selalu meningkatkan dan mengembangkan keilmuannya sesuai dengan perkembangan zaman.
  2. Guru yang profesional harus memiliki kemampuan menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada Peserta didik secara efektif dan efisien, dengan memiliki ilmu kependidikan.
  3. Guru yang profesional harus berpegang teguh kepada kode etik profesional sebagaimana disebutkan di atas. Kode etik di sini lebih menekankan pada perlunya memiliki akhlak mulia.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Mengerti tujuan proses pembelajaran terhadap materi yang diajarkan dan hasil yang akan dicapai. Guru mengampu mata pelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya, atau dengan kata lain bekerja secara proporsional.
Kompetensi Sosial. Kompetensi sosial yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan kerja. (Sukmadinata: 192) Memahami dasar, tujuan, organisasi, dan peran pihak-pihak lain (guru, wali kelas, kepala sekolah, komite sekolah) di lingkungan sekolah. (Kementerian Pendidikan Nasional: 2008) Menurut Goleman (2007: 114), kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan terbentuk karena adanya kesadaran sosial yang bisa merasakan keadaan bathiniah orang lain sampai memahami perasaan dan pikirannya. Hal tersebut meliputi:
  1. Empati dasar. Perasaan dengan orang lain; merasakan isyarat-isyarat emosi nonverbal.
  2. Penyelarasan. Mendengarkan dengan penuh reseptivitas; menyelaraskan diri pada seseorang.
  3. Ketepatan empatik. Memahami pikiran, perasaan dan maksud orang lain.
  4. Pengertian sosial. Mengetahui bagaimana dunia sosial bekerja

B. Pembinaan Akhlak Peserta didik
1. Pengertian Akhlak
Dilihat dari sudut etimologi perkataan “akhlak“ (أَخْلاَقٌ) berasal dari bahasa Arab dengan bentuk kata jama’ dari “khuluqun“ (خُلُقٌ) yang menurut bahasa diartikan adat kebiasaan (al-‘âdah), perangai, tabi’at (al-sajiyyah), watak (al-thab), adab/sopan santun (al-murû’ah), dan agama (al-dîn). Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalqun“ (خَلْقٌ) yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “ khâliq“ (خاَلِقٌ) yang berarti pencipta dan “makhlûq“ (مَخْلُوْقٌ) yang berarti yang diciptakan dan dari sinilah asal mula perumusan ilmu akhlak yang merupakan koleksi yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dengan khâliq dan antara makhluk dengan makhluk. Bahkan dalam kitab ”al-Mursyid al-Amîn Ilâ Mau’idzah al-Mu’min” telah dijelaskan perbedaan antara kata ”al-khalqu” (الْـخَلْقُ) dengan kata ”al-khuluqu” (الْـخُلُقُ) sebagai berikut:
يُقَالُ: فُلاَنَ حَسَنِ الْخَلْقِ وَالْخُلُقِ: أَي حَسَنُ الظَّاهِرِ وَالْبَاطِنِ، فَحُسْنُ الظَّاهِرِ هُوَ الْجَمَالُ كَمَا عَرَفْتُ, وَ حَسَنُ الْبَاطِنِ هُوَ غَلَبَةُ الصِّفَاتِ الْـحَمِيْدَةِ عَلَى الْمَذْمُوْمَةِ
Artinya: “Dikatakan: Fulan itu baik kejadiannya dan baik budi pekertinya”, maksudnya baik lahir dan batinnya. Yang dimaksud ”baik lahir” yaitu baik rupa atau rupawan, sedang yang dimaksud ”baik batin” yaitu sifat-sifat kebaikan (terpuji) yang menghalalkan atas sifat-sifat tercela.
Jadi jelas bahwa kata ”al-khalqu” (الْـخَلْقُ) itu mengandung arti kejadian yang bersifat lahiriah seperti wajah seseorang yang bagus atau yang jelek. Sedangkan kata ”al-khuluqu” (الْـخُلُقُ) atau jamak dari “akhlak“ (أَخْلاَقٌ) itu mengandung arti budi pekerti atau pribadi yang bersifat rohaniah seperi sifat-sifat terpuji atau sifat-sifat tercela. Bahkan Ibnu Athir dalam kitabnya “Al-Nihâyah“ telah menerangkan bahwa: “Hakikat makna khuluqun (خُلُقٌ) itu ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu; jiwa dan sifat-sifatnya), sedang makna khalqun (خَلْقٌ) merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah tubuhnya, dan sebagainya).
Dalam bahasa Yunani pengertian “khuluqun“ (خُلُقٌ) ini dipakai kata ethicos atau ethos, artinya adat kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan, kemudian kata ethicos ini berubah menjadi ethika (memakai “h”) atau ”etika” (tanpa h) dalam istilah Indonesia. Sedangkan dalam pengertian sehari-hari “khuluqun“ (خُلُقٌ) umumnya disamakan artinya dengan arti kata “budi pekerti“ atau “kesusilaan“ atau “sopan santun“. Angkatan kata “ budi pekerti “, dalam bahasa Indonesia, merupakan kata majemuk dari kata “budi“ dan “pekerti“. Perkataan “budi“ berasal dari bahasa Sansekerta, bentuk ism fâ’il atau alat, yang berarti “yang sadar“ atau “yang menyadarkan“ atau “alat kesadaran“. Bentuk mashdar-nya (momenverbal) budh yang berarti “kesadaran“. Sedang bentuk maf’ul-nya (obyek) adalah budha, artinya “yang disadarkan“. Pekerti, berasal dari bahasa Indonesia sendiri, yang berarti “kelakuan“. Kata “budi“ juga dapat diartikan sebagai “akal“, yaitu alat batin untuk menimbang dan menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. “Budi“ juga dapat diartikan sebagai “tabi’at“, “watak“, “perangai“ dan sebagainya. Budi adalah hal yang berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran, yang juga disebut karakter. Pekerti dapat diartikan sebagai perbuatan. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan hati yang disebut juga behaviour. Berkaitan dengan akhlak, dalam bahasa Jawa dan bahasa Sunda dikenal juga istilah “tata krama“ yang juga dimaksudkan sebagai “sopan santun“.
Menurut para ahli masa lalu (al-qudamâ’), akhlak adalah kemampuan jiwa untuk melahirkan sesuatu perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran atau pemaksaan. dan sering pula yang dimaksud akhlak adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa perbuatan baik atau buruk atau dengan kata lain akhlak adalah potensi yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mampu mendorongnya untuk berbuat baik dan buruk tanpa di dahului oleh pertimbangan akal dan emosi, maksudnya ialah perbuatan itu sudah menjadi kebiasaaan sehingga menjadi kepribadian. Bahkan akhlak juga disebut ilmu tingkah laku / perangai (‘ilm al-sulûk), atau tahzîb al-akhlâq (falsafat akhlak), atau al-hikmah al-‘amaliyyât, atau al-hikmat al-huluqiyyât. Yang dimaksud dengan ilmu tersebut adalah pengetahuan tentang keutamaan-keutamaan dan cara memperolehnya, agar jiwa menjadi bersih dan pengetahuan tentang kehinaan-kehinaan jiwa untuk mensucikannya.
Dengan perumusan pengertian “akhlak“ (أَخْلاَقٌ) di atas muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi adanya hubungan baik antara “khâliq” (خاَلِقٌ) yang berati pencipta dengan “makhlûq” (مَخْلُوْقٌ) yang berarti yang diciptakan secara timbal balik, kemudian disebut sebagai “hablun minallâh” (حَبْلٌ مِنَ الله). Dari produk hablun minallah (حَبْلٌ مِنَ الله) yang verbal ini, maka lahirlah pola hubungan antar sesama manusia disebut dengan hablun minannâs (حَبْلٌ مِنَ النّاسِ).
Jadi berdasarkan sudut pandang etimologi definisi “akhlak“ (أَخْلاَقٌ) dalam pengertian sehari-hari disamakan dengan “budi pekerti“, kesusilaan, sopan santun, tata karma (versi bahasa Indonesia) sedang bahasa Inggrisnya disamakan dengan istilah moral atau ethic. Begitupun dalam bahasa Yunani istilah akhlak (أَخْلاَقٌ) dipergunakan istilah ethos atau ethikos atau etika (tanpa memakai huruf “h”) yang mengandung arti “Etika adalah usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya pikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik“. Dan etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran. Sebagaimana dalam kitab “Dâ’iratul Ma’ârif“ dikatakan bahwa: اَلأَخْلاَقُ هِيَ صِفَاتُ اْلاِنْسَانِ الأَدَبِيَّةِ
Artinya: “akhlak ialah segala sifat manusia yang terdidik“.
Memahami ungkapan tersebut diatas dapat dimengerti bahwa “akhlak“ (أَخْلاَقٌ) adalah sifat (potensi) yang dibawa setiap manusia sejak lahir. Artinya sifat (potensi) tersebut sangat tergantung dari cara pembinaan dan pembentukannya. Apabila pengaruhnya itu positif maka output-nya adalah akhlak mulia dan begitu juga sebaliknya apabila pembinaannya itu negatif, yang terbentuk adalah akhlak mazmûmah (tercela). Di dalam al-qur’an Allah berfirman:
فَأَلْـهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوَاهَا
Artinya: “maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan“. (QS. Asy-Syam: 8)

Beberapa pengertian Akhlak menurut para ahli: (Amirudin dkk: 2005: 152)
  1. Imam Al-Ghazali menyebut akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa. Dari pada jiwa itu, timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan fikiran.
  2. Prof. Dr. Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan. Maksudnya, sesuatu yang mencirikan akhlak itu ialah kehendak yang dibiasakan. Dengan kata lain bahwa kehendak itu apabila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak. Ahmad Amin menjelaskan arti kehendak itu ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia. Begitu juga dengan kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan ke arah menimbulkan apa yang disebut sebagai akhlak.
3.      Ibnu Miskawayh mengatakan akhlak ialah suatu keadaan bagi diri atau jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan dengan senang tanpa didahului oleh daya pemikiran karena sudah menjadi kebiasaan.
Sehingga pemahaman terhadap akhlak dapat dianalogikan kepada seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata–mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan perbuatan yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam.
Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keIslaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menggambarkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Hal ini dapat dilihat dari seseorang yang sudah memahami dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik yakni perbuatan itu selalu diulang–ulang dengan kecenderungan hati (sadar). Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.
Di dalam The Encyclopaedia of Islam yang dikutip oleh Asmaran dirumuskan: It is the science of virtues and the way how to acquire them, of vices and the way how to quard against them, bahwa ilmu akhlak adalah ilmu tentang kebaikan dan cara mengikutinya, tentang kejahatan dan cara untuk menghindarinya. Dengan demikian hendaknya di sekolah sebagai guru mampu mengantarkan anak untuk memahami ilmu akhlak dengan harapan agar anak mampu memahami tentang akhlak yang sebenarnya.
Menurut Islam pendidikan akhlak adalah faktor penting dalam membina suatu umat untuk membangun suatu bangsa. Kita bisa melihat bahwa bangsa Indonesia yang mengalami multi krisis juga disebabkan kurangnya pemahaman akhlak. Secara umum pembinaan pemahaman akhlak remaja atau pada dataran SD sangat memprihatinkan. Oleh karena itu program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha dalam pembinaan pemahaman pendidikan akhlak. Dalam penelitian ini terfokus pada materi pelajaran SD yang terdiri dari:
  1. Akhlak tercela, riya, kufur, syirik, nifaq
  2. Perilaku kehidupan rasul
3.      Perilaku sahabat
Allah SWT menjunjung tinggi terhadap akhlak karena akhlak adalah alat yang dapat membahagiakan manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat. Maka hendaknya pihak–pihak yang terkait dalam proses pembinaan akhlak (individu maupun lingkungan) mampu memberikan pemahaman tehadap anak didiknya. Karena dengan akhlak, manusia akan dapat hidup dengan baik sesuai aturan (sunnah Allah), yakni dalam ajaran agama Islam.

Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak
Setiap orang ingin agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, dan sikap mental yang kuat dan akhlak yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan salah satunya dengan melalui pendidikan, untuk itu perlu dicari jalan yang dapat membawa kepada terjaminnya perilaku yang baik (ihsân) sehingga ia mampu dan mau berakhlak sesuai dengan nilai–nilai moral. Nilai–nilai moral akan dapat dipatuhi oleh seorang dengan kesadaran tanpa adanya paksaan kalau hal itu datang dari dirinya sendiri. Dengan demikian pendidikan agama harus diberikan secara terus menerus baik dari keluarga, dari diri individu, pendidikan formal, pendidikan nonformal atau lingkungan masyarakat.
a.        Faktor keluarga dalam pembinaan akhlak anak. Faktor orang tua sangat menentukan, karena akan lebih dapat masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan unsur–unsur pribadi yang didapatnya melalui pengalaman sejak kecil. Pendidikan keluarga sebagai orang tua mempunyai tanggungjawab dalam mendidik anak–anaknya karena dalam keluarga mempunyai waktu banyak untuk membimbing, mengarahkan anak–anaknya agar mempunyai perilaku Islami. Kebahagiaan orang tua atas hadirnya seorang anak yang dikaruniakan kepadanya, akan semakin terasa karena tumbuhnya harapan bahwa garis keturunannya akan berlangsung terus. Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari para orang tua muslim ialah tentang kesalehan anak–anak mereka. Ada beberapa hal yang perlu direalisasikan oleh orang tua yakni aspek pendidikan akhlak karimah. Pendidikan akhlak sangat penting dalam keluarga, karena dengan jalan membiasakan dan melatih pada hal–hal yang baik, menghormati kepada orang tua, bertingkah laku sopan dalam prilaku keseharian maupun dalam bertutur kata. Pendidikan akhlak tidak hanya secara teoritik namun disertai contohnya untuk dihayati maknanya, seperti kesusahan ibu yang mengandungnya, kemudian dihayati apa yang ada dibalik yang nampak tersebut, kemudian direfleksikan dalam kehidupan kejiwaannya. Menerima pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung, disamping itu keluarga merupakan unit kehidupan bersama manusia terkecil dan alamiah, artinya secara alamiah dialami setiap kehidupan manusia, karenanya keluarga merupakan jembatan meniti bagi generasi, oleh karena itu orang tua berperan penting sebagai pendidik, yakni memikul pertanggungjawaban terhadap pendidikan anak. Karena pendidikan itulah yang akan membentuk manusia di masa depan. Tepat sekali apa yang dikatakan oleh (kingsley Price): Man is the only creature that must be educated by education. We mean care, discipline (training) and instruction, including culture. Man can become man through education only. He is only what education makes him. Keluarga merupakan wadah pertama dan utama, peletak dasar perkembangan anak. Dari keluarga pertama kali anak mengenal agama dari kedua orang tua, bahkan pendidikan anak sesungguhnya telah dimulai sejak persiapan pembentukan keluarga. Setelah mendapatkan pendidikan akhlak dalam keluarga secara tidak langsung nantinya akan berkembang di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu maka kebiasaan–kebiasaan dalam keluarga harus dalam pengawasan, karena akan sangat berpengaruh pada diri anak, kebiasaan yang buruk dari keluarga terutama dari kedua orang tua akan cepat ditiru oleh anak–anaknya, menjadikan kebiasaan anak juga menjadi buruk.
Dengan demikian juga kebiasaan yang baik akan menjadi kebiasaan anak yang baik. Peran orang tua dan anggota keluarga sangat penting bagi pendidikan akhlak dan selektivitas bergaul.
b.       Faktor kepribadian (dari orang itu sendiri). Dengan menggunakan kaidah fikih mengemukakan bahwa diri sendiri termasuk orang yang dibebani tanggungjawab pendidikan menurut Islam, apabila manusia telah mencapai tingkat mukallaf maka ia menjadi bertanggung jawab sendiri terhadap mempelajari dan mengamalkan ajaran agama Islam. Kalau ditarik dalam istilah pendidikan Islam orang mukallaf adalah orang yang sudah dewasa sehingga sudah semestinya ia bertanggungjawab terhadap apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus ditinggalkan. Hal ini sangat erat kaitannya dengan keluarga atau semua anggota keluarga yang mendidik pertama kali. Perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa–masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun. Kemampuan seseorang dalam memahami masalah–masalah agama atau ajaran- ajaran agama, hal ini sangat dipengaruhi oleh intelejensi pada orang itu sendiri. Orang pandai akan mudah memahami ajaran–ajaran Islam.
Menurut penulis, usia SD adalah masa kanak–kanak. Pada masa ini, kesadaran akan emosi menjadi penting karena tak jarang banyak remaja yang mengalami kesulitan menghadapi gejolak emosinya. Pada suatu saat ia menjadi orang yang terlalu gembira, tapi pada saat lain menjadi begitu murung dan sedih. Oleh karena itu keadaan psikologis yang semacam itu akan menyebabkan mereka sulit mengontrol dirinya sehingga tingkah lakunya (akhlaknya) juga tidak terkendali. Hal ini bisa di hindari jika remaja belajar untuk memahami emosinya.
c.        Faktor Lingkungan (masyarakat), Lembaga nonformal akan membawa pengaruh seseorang untuk berperilaku yang lebih baik karena di dalamnya akan memberikan pengarahan–pengarahan terhadap norma–norma yang baik dan buruk. Misalnya pengajian, ceramah yang barang tentu akan memberikan pengarahan yang baik, tak ada seorang mubaligh yang mengajak hadirin untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.
Dengan demikian pendidikan yang bersifat non formal yang terfokus pada agama ternyata akan mempengaruhi pembentukan akhlak pada diri seseorang. Maka tepat sekali dikatakan bahwa nilai–nilai dan kebiasaan masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai–nilai Islam apalagi yang membawa maslahat dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam menentukan kebijaksanaan.
Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai itu selanjutnya perlu diinstitusikan. Institusi nilai yang terbaik adalah melalui upaya interaksi edukatif, pandangan Freeman Butt dalam bukunya Cultural History of Western Education, menyatakan bahwa hakekat interaksi edukatif adalah proses tranformasi dan internalisasi nilai, proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai, serta penyesuaian terhadap nilai. Akhlak yang baik dapat pula diperoleh dengan memperhatikan orang–orang baik dan bergaul dengan mereka, secara alamiah manusia itu meniru, tabiat seseorang tanpa dasar bisa mendapat kebaikan dan keburukan dari tabiat orang lain. Interaksi edukatif antara individu dengan individu lainnya yang berdasarkan nilai-nilai Islami agar dalam masyarakat itu tercipta masyarakat yang berakhlakul karimah. Lingkungan masyarakat yang selalu mengadakan hubungan dengan cara bersama orang lain. Oleh karena itu lingkungan masyarakat juga dapat mempengaruhi perkembangan baik dalam hal–hal yang positif maupun negatif dalam membentuk akhlak pada diri seseorang. Oleh karena itu lingkungan yang berdampak negatif tersebut harus diatur, supaya interaksi edukasi dapat berlangsung dengan sebaik–baiknya. Bentuk–bentuk organisasi lain di dalam masyarakat merupakan persekutuan hidup yang memanifestasikan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari–hari.
Dari penjelasan di atas di katakan bahwa manusia hidup membutuhkan orang lain. Maksudnya bahwa tak seorangpun manusia yang bisa hidup sendiri. Jika dikaitkan dengan lingkungan sekolah, hal ini sama artinya bahwa mereka dalam hidup saling membutuhkan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya ketika ia melihat temannya yang rajin melakukan kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah maka secara tidak langsung dia akan terpengaruh juga dengan kegiatan temannya. Jadi lingkungan sangat memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan pola pikir dan akhlak seseorang khususnya Peserta didik–siswi Sekolah Dasar.
Ada tiga macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagamaan seseorang.
1)      Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini ada kalanya berkeberatan terhadap pendidikan agama, dan ada kalanya pula agar sedikit tahu tentang hal itu.
2)      Lingkungan yang berpegang pada tradisi agama, tetapi tanpa keinsafan batin; biasanya lingkungan demikian menghasilkan seseorang beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
3)      Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan yag beragam lingkungan ini memberikan motivasi atau dorongan yang kuat kepada seseorang untuk memeluk dan mengikuti pendidikan agama yang ada, apabila lingkungan ini ditunjang oleh anggota–anggota masyarakat yang baik dan kesepakatan memadai, maka kemungkinan besar hasilnya pun paling baik untuk mewujudkan akhlak pada diri orang yang ada disekitarnya. Masyarakat di sini juga ikut mempengaruhi akhlak atau perilaku seseorang yang ada disekitarnya yang dalam kehidupan sehari–harinya ia tak mungkin lepas dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal. Lingkungan pergaulan merupakan alat pendidikan, meskipun keadaan maupun peristiwa apapun yang terjadi tidak bisa dirancang, sehingga keadaan tersebut mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kepribadian seorang baik berdampak baik maupun akan berdampak jelek. Lingkungan pergaulan yang baik akan mendukung pula perkembangan pribadi seseorang yang disekitarnya. Namun pergaulan yang jelekpun sangat mendukung kepribadian yang buruk, bahkan bisa merusak akidah–akidah yang telah tertanam pada diri sejak kecil, jika ia tidak pandai mengawasi dan menyaring (filter) dari segala pergaulan yang terjadi di masyarakat. Dalam kegiatan masyarakat cenderung bersifat pengajaran orang dewasa, di lingkungan agama Islam bentuk jalur ini yang kegiatannya diprogramkan dalam instansi–instansi sekolah. Dasar–dasar pengembangan intelektual dalam Islam harus bersumber dari Al–Qur’an dan Hadist. Sebagai orang dewasa harus berhati–hati terhadap berbagai macam faktor yang bisa mempengaruhi akhlak yang tidak baik. Apabila nilai–nilai agama banyak masuk ke dalam pembentukan kepribadian seseorang, maka tingkah laku orang tersebut akan banyak diarahkan dan dikendalikan oleh nilai–nilai agama. Oleh karena itu sebagai orang dewasa hendaknya melakukan pengawasan yang ketat dalam hal berkaitan dengan perilaku dalam lingkungan masyarakat. Saat sekarang ini banyak remaja sudah sangat sulit untuk membiarkan dalam hal bergaul bebas tanpa disertai dengan pengawasan dari orang tua yang justru akan mengakibatkan celaka di kemudian hari yang tak bisa ditebus dengan apapun.

d. Faktor visual dan audio visual. Tidak hanya pengaruh lingkungan tapi masih banyak lagi misalnya TV, majalah dan tayangan–tayangan lain yang bisa memberikan banyak pengaruh pada kepribadian anak dan tingkah laku anak. Misalnya kita melihat tayangan–tayangan barat atau film–film porno maka kalau anak–anak didik kita tidak dibekali dengan ilmu agama maka ia akan terjerumus ke dalamnya. Belum lagi sekarang marak dengan majalah–majalah yang menyajikan tentang beragama busana yang seronok yang sangat tidak pantas dipakai oleh budaya kita. Lain daripada itu anak usia SD itu adalah masa dimana memiliki keinginan sangat tinggi untuk selalu mencoba hal-hal yang baru. Oleh karena itu kita harus berhati–hati memberikan pengarahan kepada anak–anak kita agar mereka selalu memegang ajaran agama. Disinilah pentingnya peranan penanaman akhlak yang telah ditanamkan oleh kedua orang tuanya, yang berguna sebagai filter perkembangan yang telah terjadi pada zaman yang penuh globalisasi ini. Disinilah peranan pengamalan ibadah yang dilaksanakan oleh orang dewasa sebagai contoh terhadap orang–orang yang ada di sekitar mereka, agar di lingkungan tersebut dalam pergaulannya mencerminkan akhlakul karimah.

Sekiranya sebagian manusia ditakdirkan dapat melihat melalui sebuah jendela kedalam manusia pada setiap zaman dan tempat, sesungguhnya akan terlihat suatu khalayak yang heterogen, pandangan hidup yang berbeda–beda dan kelompok–kelompok yang berbeda status sosialnya. Akan terlihat umat manusia, kadang–kadang menemukan jalan buntu dan kadang–kadang jalan itu banyak simpangannya. Disaat inilah manusia butuh teman untuk berbagi dalam memecahkan masalah yang dia hadapi. Oleh karena itu selektif dalam memilih teman adalah salah satu kunci untuk selamat dunia dan akhirat. Hanya orang–orang yang paham akan ajara agama (Islam) yang bisa selektif dalam bergaul. Karena pada dasarnya Islam mempunyai misi universal dan abadi, intinya adalah mengadakan bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa manusia atau akhlak.
Allah SWT menetapkan akhlak adalah alat yang dapat membahagiakan kita dalam kehidupan dunia dan akhirat. Karena dengan akhlak manusia akan berjalan di atas rel sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan, yakni dalam ajaran agama Islam. Kepribadian muslim masa kini yang tergambar merupakan warisan yang diterima dari orang tua dan nenek moyang selama beberapa abad. Ia merupakan warisan yang besar, yang dalam pembentukkannya telah ikut serta dengan ide yang berbeda–beda, yang sebagian lainnya tidak menghendaki kebaikan bagi Islam dan umatnya. Tambahan lagi bahwa perlawanan pada masa sekarang ditujukan untuk menguasai pemikiran manusia serta mempengaruhi akidah serta akhlaknya. Bila persolannya demikian, sedang kepribadian umat Islam masa sekarang tidak mengambarkan kepribadian muslim yang sesungguhnya- kecuali orang yang mendapatkan rahmat Allah. Maka wajiblah kita memulai kembali pembentukkan kepribadian muslim yang jelas ciri–cirinya dan sifat-sifatnya, serta kepribadian dan akhlak-akhlak yang tampak pada rasul-rasul, nabi-nabi, pada para sahabat terdahulu dan imam-imam yang terkemuka.
Dari paparan diatas maka kita ketahui bahwa akhlakul karimah itu merupakan suatu tingkah laku seseorang baik secara individu maupun suatu kelompok dalam berbuat atau bertingkah laku dalam kehidupan sehari–harinya sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam. Dengan demikian berarti akhlakul karimah harus berdasarkan akidah Islam, karena akhlakul karimah berhubungan dengan keimanan dan hukum. Di mana akhlak menentukan hukum atau nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk, perbedaan terletak pada tolak ukurnya ajaran al-Quran dan Sunnah, etika dengan pertimbangan akal pikiran dan moral dengan adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat. Karena perilaku ihsan berhubungan dengan keimanan dan hukum maka akidahlah yang merupakan standar penilaian. Apapun yang bertentangan dengan kaidah Islam tidak diambil atau tidak diyakini. Oleh karena itu apabila perilaku yang sekiranya bertentangan dengan akidah maka harus ditinggalkannya. Akhlak mulia bukanlah sekedar taktik yang bersifat sementara, melainkan suatu sikap yang terus menerus. Akhlak merupakan kekuatan jiwa dari dalam, yang mendorong manusia untuk melakukan yang baik dan mencegah perbuatan yang buruk. Allah mendorong manusia untuk memperbaiki akhlaknya bila terlanjur salah, sesuai firman Allah SWT.
`tBur ö@yJ÷ètƒ #¹äþqß ÷rr& öNÎ=ôàtƒ ¼çm|¡øÿtR ¢OèO ̍ÏÿøótGó¡o ©!$# ÏÉftƒ ©!$# #Yqàÿxî $VJŠÏm§ ÇÊÊÉÈ 
Artinya: “Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, Kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ” (An-Nisa: 110).
Pemahaman akhlak sesuai dengan ayat tersebut yang menjelaskan bahwa perbuatan akhlak mempunyai tujuan langsung yang dekat, yaitu harga diri, dan tujuan jauh yakni ridla Allah melalui amal sholeh dan jaminan kebahagian dunia akhirat. Sudah kita ketahui bersama bahwa manusia dalam kehidupannya itu selalu mengadakan hubungan dengan orang lain. Dengan adanya hubungan ini ia berusaha untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang dihadapinya. Dalam berperilaku yang baik itu manusia harus tahu sifat yang dihadapinya. Dan pada hakekatnya manusia itu telah diberi kesadaran untuk memilih yang baik dan buruk dari sang pencipta. Masalah akhlakul karimah itu merupakan ilmu yang berkaitan dengan ilmu akhirat, karena perilaku tersebut merupakan kualitas positif dan terpuji yang melahirkan tindakan mulia. Selain itu manusia juga diilhami oleh Allah dengan jalan baik dan buruk sesuai dengan firman Allah SWT:
$ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ 
Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya.” (QS. Al-syams: 8).
Perilaku baik dan buruk merupakan suatu yang mendasar dalam diri manusia karena manusia mempunyai kebebasan untuk memilih bahwa manusia adalah kehendak bebas dan bertanggung jawab yang menempati station antara dua kutub yang berlawanan yakni Allah dan setan, selanjutnya kehendak bebas yang berhadapan dengan pilihan yang berat dan rumit apakah ia akan memilih Allah atau terbenam dalam lempung dibawah endapan lumpur.
Dengan adanya kehendak bebas manusia itu maka manusia perlu pengarahan untuk memilih atau menentukan kehendak agar manusaia tidak terperosok ke dalam lumpur yang busuk. Untuk itu diperlukan suatu pendidikan yang akan mendidik manusia untuk berperilaku ihsan atau baik, dalam kehidupan di masyarakat manusia tidak dapat hidup sendiri bahkan ia selalu bergaul dengan sesamanya. Oleh karena itu manusia dalam hidupnya harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, menghormati sesama, suka memaafkan bila ada yang bersalah, menolong terhadap orang yang membutuhkan pertolongan, menepati janji dan juga berani mempertahankan sesuatu kebenaran untuk disampaikan. Dari penjelasan diatas kita tahu bahwa ciri-ciri kepribadian muslim yaitu:
1)      Bashirah. Orang Islam yang berpedoman kepada petunjuk Allah adalah orang Islam yang memperoleh cahaya. Ia diberikan bashirah dan furqon. Islam yang dianut oleh orang muslim itu menghidupkan hati dan menyembuhkan bermacam-macam penyakit. Islam itu adalah cahaya yang mengoyak-ngoyak selubung kegelapan yang menyelubungi jiwa, sebagaimana ia menyingkap kegelapan pikiran yang terhembus dalam kehidupannya.
2)      Kekuatan Hidayah Tuhan yang benar-benar dirasakan oleh orang Islam, kebenaran murni yang dipikulnya, terang jalan yang ditempuh dan pengetahuannya mengenai kesesatan yang menimpa manusia, semua itu membuat ia mempunyai kekuatan yaitu kekuatan hakiki lagi benar yang tegak diatas dasar-dasar yang benar lagi kuat, kekuatan menisbahkan diri kepada Allah dan kepada agama-Nya yang hak, Allah SWT berfirman :
...4 ¬!ur äo¨Ïèø9$# ¾Ï&Î!qßtÏ9ur šúüÏZÏB÷sßJù=Ï9ur ... ÇÑÈ 
Artinya: “Kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin” (Al-Munafiqun: 8)
3)      Berpegang teguh kepada kebenaran. Orang Islam merasa yakin akan kebenarannya yang ada pada dirinya, sedikitpun ia tidak meragukannya. Ia merasa sangat kuat dengan kebenarannya itu dia berpendapat, bahwa hilangnya kebenaran ini dan berpendapat, bahwa hilangnya kebenaran ini dan terlepasnya tangannya merupakan siksa yang tiada siksa yang lebih berat dari padanya.
4)      Tetap tabah atas kebenaran. Sementara tetap berpegang teguh kepada kebenaran, berjihat untuk mewujudkan serta menegakkan dan menghancurkan kebatilan, seorang muslim memerlukan ketabahan. Dari cirri-ciri diatas bisa kita ketahui bahwa setiap manusia mempunyai kesempatan untuk menjadi pembiasaan hidupnya sehingga akan lekat pada jiwanya, dan akhirnya akan menjadi akhlak. Selanjutnya dengan adanya kebiasaan-kebiasaan yang baik tersebut akan membentuk akhlak. Dalam hal akhlak dapat dirinci sebagai berikut:
a). Akhlakul karimah dalam pergaulan Peserta didik dengan guru. Meliputi sikap hormat, sopan santun dalam berbicara, minta ijin bila meninggalkan ruangan, memberi salam bila bertemu, suka membantu, melaksanakan nasehat dan perintah guru, sikap jujur, berani menyampaikan kebenaran, tepat waktu bila berjanji.
b). Akhlakul karimah terhadap sesama Peserta didik yang meliputi sikap rendah hati dan ramah-tamah, suka memberi salam terlebih dahulu, suka memberi maaf kepada sesama Peserta didik yang salah, sopan santun dalam bicara, menunjukkan rasa gembira jika bertemu, tidak suka menyendiri. Disamping itu juga bersikap adil dalam bergaul, meliputi suka memberi dan menerima nasehat terhadap sesama Peserta didik, tidak membeda-bedakan sesama Peserta didik, tidak suka mengucilkan sesama Peserta didik. Juga mempunyai sikap jujur dalam bergaul, yang meliputi tidak suka berbohong, berani menyampaikan kebenaran.

2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak
Mengenai tujuan pembinaan akhlak menurut M. Juhri dalam bukunya Aqidah Akhlak, dinyatakan bahwa tujuan pembinaan akhlak secara khusus meliputi:
1. Terhindar dari perbuatan hina dan tercela dalam hubungan Melahirkan perbuatan yang mulia dan sempurna dalam:
a.       Hubungan dan ibadah kepada Allah
b.      Hubungan dengan sesama manusia
c.       Hubungan dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk Allah yang lain
2.   Kepada Allah, Rasul, sesama manusia, binatang, tumbuhan dan makhluk Allah yang lain.
3.   Melahirkan perbuatan yang serasi antara kata-kata dan tindakan, antara teori dan praktek serta melahirkan perbuatan yang mempunyai keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan duniawi dan ukhrawi, lahir maupun batin dan jasmani maupun rohani.
4.   Memperoleh kemudahan dalam memenuhi hak dan kewajiban dan tetap terjaga martabatnya secara terhormat di dunia dan akhirat. Sehingga yang menjadi tujuan pentingnya pembinaan akhlak adalah untuk membentuk pribadi muslim yang berbudi pekerti mulia, bertingkah laku sopan, berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai ajaran Islam. Pada dasarnya, kalau dilihat dari tujuan dan pentingnya pembinaan akhlak secara garis besar dapat dikatakan bahwa peranan guru secara umum sangat besar untuk memberikan ilmu pengetahuan, membina dan mengembangkan anak didik agar berbudi pekerti yang baik dalam segala segi kehidupan. Dengan demikian akan membentuk tingkah laku dan moral Peserta didik yang memiliki budi pekerti untuk dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga bangsa Indonesia pada nantinya akan memiliki generasi muda yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa untuk menjawab segala tantangan di masa yang akan datang.

3. Tujuan Pentingnya Pembinaan Akhlak
Tujuan pentingnya pembinaan akhlak adalah untuk membentuk pribadi muslim yang berbudi pekerti mulia, bertingkah laku sopan, berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai dengan ajaran Islam yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Terdapat banyak ayat Qur’an dan Hadits yang menjelaskan tentang Akhlak, diantaranya seperti yang telah di firmankan Allah dalam surah al-Ahzâb, ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً ﴿٢١﴾
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Begitu juga dengan ayat berikut yang menjelaskan tujuan akhlak untuk dapat bertemu dengan sang Khalik di hari kemudian. Dimana tidak sedikitpun bagi Allah merasa rugi bila tidak ada seorang manusiapun yang berkehendak untuk mengikuti contoh para Rasul Allah.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ ﴿٦﴾
Artinya: “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi terpuji.” (Q.S. al-Mumtahanah, 6)
Dari 2 ayat di atas, kiranya dapat menggambarkan bahwa akhlak merupakan tuntunan dari Allah sang Pencipta makhluk hidup dan akan mendapatkan karunia serta Rahmat-Nya bila dapat mengikuti dan mencontoh panduan yang telah terdapat pada Rasul-rasul Allah.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Khusus Penelitian
      Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui upaya guru agama Isalam SDN Binong 5 Curug Tangerang.
2.      Untuk mengetahui pembinaan akhlak peserta didik SDN Binong 5 Curug Tangerang.
3.      Untuk mengetahui upaya guru agama Islam dalam pembinaan akhlak peserta didik SDN Binong 5 Curug Tangerang
B. Tempat dan waktu Penelitian
Lokasi yang dijadikan penelitian penulis adalah sebuah lembaga pendidikan yang bernama Sekolah Dasar Negeri Binong 5. Sekolah ini terletak di kelurahan Binong, wilayah kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.waktu yang diperlukan dalam penelitian selama tiga bulan dari mulai Juni 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011
C. Latar Penelitian (setting )

Melihat kondisi ahlak peserta didik yang ada di Sekolah Sekolah Dasar Negeri Binong 5 maka penulis punya keinginan untuk meneliti sebuah lembaga pendidikan ini dengan harapan agar dapat mengetahui sejauh mana pendidikan yang diterapkan disekolah ini terutama dalam pembinaan Akhlak. Namun demikian sebagai sebuah lembaga pendidikan Sekolah Dasar Negeri Binong 5 memiliki harapan dan tujuan yang ingin dicapai terhadap Peserta didiknya. Hal ini tercantum pada visi dan misi Sekolah Dasar Negeri Binong 5.
D. Metode Penelitian Kualitatif
Dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai maha siswa dan untuk mendapatkan pemahaman yang substantive terhadap permasalahan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak Peserta didik SDN Binong 5 maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif cenderung menggunakan analisa induktif, dimana proses penelitian dan pemberian makna terhadap data dan informasi lebih ditonjolkan, dengan ciri utama pendekatan ini adalah bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta naturalistic.
Sehubungan dengan ini Arief Furchan (1999: 22) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode kualitatif ialah proses penelitian yang menghasilkan data deskriftif, ucapan atau tulisan atau perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu sendiri, pendekatan ini langsung menunjukan setting dan individu-individu dalam setting itu secara keseluruhan. Subyek penyelidikan baik berupa organisasi atau individu tidak mempersempit menjadi variable yang terpisah atau menjadi hipotesa melainkan dipandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan.
Dari pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa pendekatan kualitatif berusaha mendapatkan data deskriptif, ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan mengacu pada beberapa pendapat pakar penelitian sebagai mana yang dikemukakan oleh. Margono (2000: 37) antara lain:
  1. Untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang, seperti yang dialami oleh penelitian kuantitatif sehingga intisari konsep yang ada pada data dapat diungkap.
  2. Untuk menaggulangi kecenderungan menggali data empiris dengan tujuan membuktikan kebenaran hipotesis akibat dari adanya hipotesis yang disusun sebelumnya berdasarkan berfikir deduktif seperti dalam pemikiran kuantitatif.
  3. Untuk menanggulangi kecenderungan pembatasan variable yang sebelumnya, seperti dalam penelitian kuantitatif padahal permasalahan dan variable dalam masalah sosial sangat kompleks.
  4. Untuk menanggulangi adanya indeks-indeks kasar seperti dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan pengukuran enumerasi (perhitungan) empiris, padahal inti sebenarnya berada pada konsep-konsep yang timbul dari data.
      Disamping alasan diatas, dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif disebabkan beberapa hal yang cukup penting antara lain: pertama, karena latar belakang penelitian tidak bersifat homogen. Kedua, karena penelitian ini berusaha mengungkap data dengan apa adanya sesuai dengan hasil temuan di lapangan tentang upaya guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan Akhlak Peserta didik.
E. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah mengenai Upaya guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak Peserta didik, kendala-kendala guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak Peserta didik SDN Binong 5 dan solusi mengatasi kendala-kendala guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan ahlak Peserta didik serta data-data yang lain yang dibutuhkan untuk melengkapi penyusunan skripsi ini.

F. Prosedur Pengumpulan Data
     Dalam penelitian kualitatif, peneliti sekaligus berfungsi sebagai instrument utama yang terjun kelapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan data melalui observasi maupun wawancara dan interviu secara lebih rinci teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

1.  Metode Observasi (Pengamatan)
    Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistimatik gejala-gejala yang diselidiki. (Supardi, 2006: 88). Senada dengan itu Yehoda dkk, (2006: 89) menjelaskan pengamatan akan menjadi alat pengumpulan data yang baik apabila:
      a)  Mengabdi pada tujuan penelitian
b)  Direncanakan secara sistematik
c)  Dicatat dan dihubungkan dengan proposisi-prosposisi yang umum
d)  Dapat dicetak dan dikontrol validitas, relibilitas, dan ketelitianya.
Pada metode pegamatan ini, penulis terjun langsung untuk mengamati secara langsung terhadap pelaksanaan upaya guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan ahlak Peserta didik. Data yang diperlukan dalam metode pengamatan ini adalah, mengamati secara langsung, pelaksanaan proses belajar mengajar, kegiatan-kegiatan guru, kegiatan-kegiatan Peserta didik serta kegiatan dalam rangka menciptakan pelaksanaan proses belajar mengajar yang baik dan kondusif.

2.  Metode Interview
Metode ini disebut juga dengan metode wawancara, yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan melalui Tanya jawab secara langsung dengan sumber data.
Sehubungan dengan hal ini Margono (2003: 165) mengemukakan bahwa: interview merupakan alat pengumpulan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan juga, ciri utama dari interview adalah kontak langsung dan tatap muka antara pencari informasi dengan sumber informasi.
Dalam wawancara secara mendalam ini dilakukan oleh peneliti terhadap informan yang menjadi obyek dari penelitian ini yaitu pimpinan sekolah, guru pendidikan agama Islam, guru,s iswa serta tata usaha. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang ada relevansinya dengan pokok persoalan penelitian yaitu upaya guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak Peserta didik tersebut.
Data wawancara yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu tentang upaya guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan ahlak Peserta didik,kendala-kendala yang dihadapi guru pendidikan agama Islam, solusi mengatasi kendala-kendala dalam pembinaan Ahlak.

3.  Metode Dokumentasi
Dalam penelitian kualitatif terdapat sumber data yang berasal dari bukan manusia seperti dokumen, foto-foto dan bahan lainnya. Metode dokumentasi ini merupakan salah satu bentuk pengumpulan data yang paling mudah, karena peneliti hanya mengamati benda mati dan apabila mengalami kekeliruan mudah untuk merevisinya karena sumber datanya tetap dan tidak berubah.
Menurut Arikunto (2000: 234) metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variasi yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah kabar, majalah, prasasti, notulen, raport, ledger dan sebagainya.
Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi struktur organisasi lembaga sekolah, data guru , Peserta didik, data pegawai tata usaha, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah SDN Binong 5 dan data-data lain yang dibutuhkan untuk melengkapi penyusunan skripsi ini. 

G. Analisis Data
Analisis data penelitian kualitatif pada dasarnya sudah dilakukan sejak awal kegiatan penelitian sampai akhir penelitian. Dengan cara ini diharapkan terdapat konsistensi analisis data secara keseluruhan. Karena mengingat penelitian ini bersifat deskriptif, maka digunakan analisa data filosofis atau logika yaitu analisa induktif.
Metode induktif adalah metode berpikir dengan mengambil kesimpulan dari data-data yang bersifat khusus. Sebagai mana yang telah dijelaskan oleh Sutrisno, bahwa berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus, kongkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum. (Sutrisno, 1986: 42)
      Dalam penelitian ini digunakan metode induktif untuk menarik suatu kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang bisa digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum), maka jelas metode induktif ini untuk menilai fakta-fakta empiris yang ditemukan lalu dicocokan dengan teori-teori yang ada. Sedangkan mengenai data yang telah terkumpul, maka dalam hal ini digunakan dua langkah dalam menganalisis data tersebut antara lain yaitu:
1.  Persiapan
     Dimana dalam persiapan kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu:
    1. Mengenai nama dan kelengkapan interview (sumber informasi) dan benda-benda yang merupakan sumber data yang telah dikumpulkan.
    2. Mengecek kelengkapan data, yaitu memeriksa isi instrument pengumpul data dan isian-isian data yang terkumpul dari sumber informasi penelitian, termasuk didalamnya tentang tanggal pengutipan data, tanggal interview dan tanggal dilakukan observasi.

2. Penerapan
Dalam penyusunan skripsi ini, penerapan yang digunakan adalah penerapan yang sesuai dengan penerapan kualitatif, yang lebih cenderung menggunakan analisa induktif yang berangkat dari khusus ke umum, maksudnya ialah mengungkapkan proses upaya guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan ahlak Peserta didik yang dilakukan, serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambatat pelaksanaan guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan ahlak tersebut.

G. Pengecekan Keabsahan Data
Setelah penafsiran data, maka akan dilakukan pengecekan data. Ada beberapa teknik pengecekan/pemeriksaan kredibilitas data, diantaranya memperpanjang keikut sertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus negative, kecukupan reprensial, pengecekan anggota, uraian rinci dan auditing. (Moleong, 1996: 175).
Dalam penelitian ini penulis memilih dua tehknik utama yaitu:
  1. Tehknik triangulasi atau pengecekan kebenaran data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data sebagai pembanding. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tehnik triangulasi dengan sumber data yang menjadi subyek penelitian. Dengan kata lain, peneliti akan membandingkan dan mengecek balik tingkat keabsahan data pada waktu yang berbeda serta dengan alat dan metode yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
  2. Tehnik pembahasan teman sejawat melalui diskusi. Dalam penelitian ini, hasil analisis sementara akan selalu dikonfirmasikan dengan data atau informasi baru yang diperoleh dari sumber yang lain. Prosedur ini juga akan dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda, misalnya observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari berbagai sumber data tentang pelaksanaan upaya guru agama Islam dalam pembinaan akhlak akan dibandingkan dalam upaya mengecek kredibilitas data. t='5








'
BAB IV
TEMUAN TEMUAN PENELITIAN
(CULTURAL THEME)
A. Siswa, guru dan keadaan sekolah
No.
NAMA SISWA KLS V
No.
NAMA SISWA KLS V
1
Aga Jeri Mei Saputra
56
Ruth Paulina Siagian
2
Ilham Setiawan
57
Retno Rahayu
3
Rinawati
58
Santi Wijayanti
4
Doni Firmansyah
59
Riki Dwi Hardiyanto
5
Ahmad Ramdoni
60
Arpih
6
Anggraeni Eka Safitri
61
Fikri
7
Atikasari
62
Sandi Somantri
8
Della Listia
63
Boy Sandi
9
Desi Wulandari
64
Andreas Saputra
10
Devita Gusmawati
65
Febri Aji Mahera
11
Dila Tiarasari


12
Dimas Anggara Mukti


13
Dinah


14
Ecep Supriyadi


15
Erina Nadya Turiza


16
Ernawati


17
Fauzi Rahmann


18
Fikry Al Fatan


19
Fitria


20
Hoirul Itamimi


21
Indah Sari


22
Ipan Wijaya


23
Kameliyah


24
Kartina


25
Kelvin Desnet


26
Leni Safitri


27
Leni Widia


28
Melianawati


29
Muhammad Aswan


30
Muhamad Fahmi Aziz


31
Muhammad Iyus


32
MuhammadRayhan Irfan


33
Nur Amajidah


34
Rizki Permana Putra


35
Rosi


36
Septiana Nur Asih


37
Siti Mariyam


38
Siti Rica Septia Madayu


39
Sri Isdiansari


40
Tegar Adi Pamungkas


41
Yanto


42
Tika Yulianti


43
Lionis Priautama


44
Nova Lidiana


45
Mad Topik


46
Togi Ar Rahman


47
Verliana Tasia Eka. P


48
Pramudya Ikhsanul. F


49
M. Widad


50
M. Irham


51
Rizki Oktariwandi


52
Ghira Feby Milisya


53
M. RizkiAditya


54
Rahmad Renaldi


55
Yudi Eka Agustian





No
NAMA SISWA KLS IV
No
NAMA SISWA KLS IV
1
Ahmad Sidik
56
Eko Teguh Purwanto
2
Hani Setyarini
57
Silvia Anda
3
M. Adam Ardiansyah
58
Combang Ade Putra
4
Ahmad Pandu Fahrizal
59
Adrian
5
M. Rafi Ramadhan
60
Rhul Mu’jizat Apriansa
6
Adang Permana
61
Nadya Septiani
7
Ading
62
Marsel Renaldi
8
Agni Khoirunnisa
63

9
Ahmad Ilyas
64

10
Alda Intan Putri. R
65

11
Amalia Nurhandayani


12
Angga Prastio


13
Anisah


14
Arif Riyanto


15
Celia Anggita Putri


16
Cica Nur Cahya


17
Daud Paulus Saimima


18
Deny Kurniawan


19
Dini Setiawati


20
Endah Sundari


21
Evita Dwi Haryani


22
Fajar Gumilanng


23
Faki Bustomi


24
Faqih Ibnu Lael


25
Fresa Osama Yuriska


26
Hendi Mulyadi


27
Irawan


28
Jihan Septianisa


29
Krisnawati


30
M. Aziz Firdaus


31
M. Hafiz Siraj


32
M. Ramadoni


33
M. Rizko Tazri


34
Noni Sapitri


35
Noviyanti


36
Nuraida


37
Putri Handayani


38
Putri Indahsari


39
Ramadani


40
Rio Bay Trisno


41
Rita Kurniasari


42
Rudi Ishandika


43
Siti Badriah ( A )


44
Sri Indah Rezeki


45
Sunia


46
Supiat


47
Ulpah Widia Ningsih


48
Victor Maulana


49
Vira Pebriyanti


50
Wulandari


51
Leli Aryani


52
Siti Badriyah ( B )


53
Nurul Fadilah Farhani


54
Eka Putri Cahyani


55
Muhamad Rafli





No
NAMA SISWA KLS III
No
NAMA SISWA KLS III
1
Anita Septiani
56
Yogi Alamsyah
2
Erwinsyah
57
Yuli Ainiyah
3
Fajar Ramadhan
58
Yulia Saronita
4
Agung Setia Budi
59
M. Dhani Prayoga
5
Ahmad Rajib Septiraji
60
Ardiyanto
6
Aldi Haeriyanto
61
Maya Narulita
7
Aldi Hardiansyah
62
Wuri Maharani
8
Bagas Aji Prasetyo
63
Aldi Hendra Wijaya
9
Bagas Fazry
64
Nuri Zamai Yuni
10
Desi Fatimah
65
Ananda Fauziah
11
Dias Andrian Novalino
66
Ari
12
Endang Safitri


13
Esa Kurnia


14
Feri Indra Pratama


15
Gesang Kurniawan


16
Habib Yuska M. Abdu


17
Hendra Supriyatna


18
Hurul Aini Damaindah


19
Ikhwan Ramadhan


20
Ilham Maulana


21
Linda Iga Mawarni


22
Lupiah


23
Maesafitri


24
Mariana


25
Muhammad Afrial


26
Muhammad Kadavi


27
Muhammad Syukur


28
Novia Rahmawati


29
Nur Alizah


30
Nur laela


31
Nur Rachmad Agni


32
Panca Akbar


33
Puji Santoso


34
Rahayu Ningsih


35
Rangga Irawan


36
Resti Juniarti


37
Rifki Setiawan


38
Rika Prianti


39
Riko


40
Rizki Septiyadi


41
Rohadi


42
Romansyah


43
Selvia Mela Saputri


44
Siti Hardianti


45
Siti Maesaroh


46
Siti Maslihah


47
Siti Nuraeni


48
Siti Nuraisyah


49
Siti Nurholis


50
Sri Septiani


51
Syifa Farizka


52
Tiari Julia Larasati


53
Vira Alwiyani


54
Virziawan Yusuf


55
Vivi Oktaviani





No
NAMA SISWA KELAS II.A
No
NAMA SISWA KLS II.B
1
Restiana
1
Muh. Yastian
2
Rosita
2
Siti Sarah
3
Agung
3
Fadillah Nurahman
4
Andina Mutiara
4
Adit Prasetya
5
Andiansyah
5
Nuryana
6
Anggara Nur Rizki
6
Abdul Jabal Haerul
7
Annur Iqsan
7
Adi Winarsono
8
Arya Budianto
8
Agia Fitria Novita
9
Audy Sih Antara
9
Ahmad Fadillah
10
Awalia Safitri. J.W
10
Aldi Firmansyah
11
Ayu Trina Damayanti
11
Alpina Putri
12
Bagas Stenly Putra. S
12
Annisa
13
Candra Saputra
13
Ardiansyah
14
Della Aryanti
14
Arif Santoso
15
Deni Indra Pratama
15
Bayu Darmawan
16
Gilang Firdaus
16
Bunga Azzuhruf
17
Haryadi Suhartono
17
Catika Imany
18
Irwan Febrian
18
Cici Pramita
19
Iyas Saputra Parapat
19
Danang Saputra
20
Jessica Patricia SSZ
20
Dede Saputra
21
Julia Dewi Risnandar
21
Dewi Anggraeni
22
Kurnia Dhava Raihan
22
Dika Maryanti
23
Mia Oktaviani
23
Fadillah Widiyanto
24
Moch. Doni Irawan
24
Fatimah Az Zahra
25
M. Alvin Utomo
25
Giodhica
26
M. Fikri Firdaus
26
Hanif Al Ansori
27
M. Iqbal
27
Indriani
28
M.Ramadhan
28
Karissa Dinda Syahrini
29
Naufal Maulana
29
Mahes Arya Dendi
30
Rahmad Gunawan
30
Mahdi
31
Rima Shabahussudur
31
M. Bagas Prayoga
32
Riski Pratama
32
Mutiara Syifa
33
Rizka Ayu Romadhona
33
Nuraini Rahmadani
34
Siti Nurhasanah
34
Nurlatifah
35
Sukmawijaya
35
Pidrian
36
Syafira Sella Mahkata
36
Paisal Ramadhan
37
Windy Juniar
37
Rangga
38
Yoga Aditya
38
Rara Fitriah
39
Yudha Kamajaya
39
Riany Fitri
40
Yulianto
40
Roaidah
41
Yuli Nayuan
41
Siti Hajar
42

42
Siti Lutpiah
43

43
Sopyan Lukman
44

44
Tari Sartika
45

45
Tri Andi Setiawan




No
NAMA SISWA KELAS I.A
No
NAMA SISWA KLS I.B
1
Aviva Azhari
1
Nikmah Rilo Cahyati
2
Aldi Agustian
2
Sulaiman Hittiveuw
3
Aisyah
3
Aliyah Cikita Amanda
4
Alika Ningrum
4
Anita Refa Sifi
5
Amidan Aprianus
5
Bayu Purwatiya Rasella
6
Andini Maharani
6
Devi Liannti
7
Ara Frestiani
7
Dewi Aprilianti
8
Eva Rohngatul Khamaidah
8
Friska Cintania
9
Febriyanti
9
Hendar
10
Ferdiansyah Nugroho
10
Iman Hendrawan
11
Givar Asyukron
11
Intan Purnamasari
12
Intan  Nuraeni
12
Ireza Wijaya
13
Kholifah Anggraeni
13
Irsyad Kamil
14
Muhammad Raihan
14
Maulana Rafi
15
Muhammad Rizki
15
Marsellynawati
16
Muhammad Chaerul Anwar
16
Muhammad Fadil
17
Muhammad Ridwan
17
M. Kay Mayonaka Chan
18
Mukti Ali Sanntoso
18
Muhammad Nabawi
19
Nabila Putri Eliana
19
Muhammad Ramadhan
20
Premi Afrija Saherfia
20
Muhammad Rangga
21
Reksa Bintang Sagara
21
Muhammad Ridho
22
Restu Aji Saputra Hasibuan
22
Muhammad Riko Rifai
23
Rika Ayu Safitri
23
Nadya Wahyu Pratiwi
24
Rivaldi Prasetyo
24
Nazwa Tiarani
25
Riyan Firdaus
25
Nova Amanda Putri
26
Silvia Binta
26
Nur Eliza
27
Siti Salwaliah
27
Pirmansyah
28
Subadra
28
Rojali
29
Syaiful Bahri
29
Rumsikha Thahiran
30
Vina Yuniar
30
Sabrina Aisya Putri
31
Yosi
31
Salsa Putri Wulandari
32

32
Siti Nur Apriyani
33

33
Tegar YulianPamungkas
34

34
Udin Safarudin
35

35
Mad Topa Sobari


VISI SDN BINONG  V
Terwujudnya sekolah yang unggul dibidang seni suara dan musik dengan berlandaskan iman  dan taqwa pada tingkat Kecamatan Tahun 2012


MISI
1.    Meningtkatkan kopetensi Guru dibidang seni suara dan musik
2.    Menambah waktu untuk mata pelajaran seni budaya dan keterampilan
3.    Melengkapi alat-alat musik
4.    Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Agama Islam melalui siraman rohani
5.    Mewajibkan mengucapkan salam dan menghormati teman dalam kehidupan sehari-hari
6.    Meningkatkan mutu proses belajar mengajar


PROFIL SEKOLAH
1.    Nama Sekolah        : SD Negeri  Binong V
2.    NIS/NPSN               : 100170/20604584
3.    NSS                       : 101280305017
4.    Kode pos                : 15810
5.    Tahun berdiri         : 1989 ( pemekaran dari SDN Binong I )
6.    Akreditasi              : A
7.    Luas Tanah            : 1500 m
8.    Luas Bangunan       : 600 m
9.    Denah Lokasi         : Sekolah Terdiri dari 4 SD Negeri ( I, II, IV dan V )
  SD Negeri Binong  I dan II Pagi
  SD Negeri Binong IV dan V Siang



Oval: T
 

                                                       T


 

Ruang Kelas
Ruang Kelas
Ruang Kelas
Ruang Kantor II dan V
WC Siswa
 

Mushalla

BAK SAMPAH


Oval: STEMPATPARKIR KENDARAAN BALAI DESA BINONG

Ruang Kelas
SDN BINONG II dan IV
 




Lapangan Sekolah



SDN BINONG I dan V
Ruang I

Oval: URuang Kelas
Ruang I

Ruang Kelas
Ruang I

Ruang Kelas
Ruang Kelas
Ruang Kelas
Ruang Kelas

BALAI DESA BINONG

Gudang

WC Siswa

Ruang Perpus
Ruang Kantor
I dan V
Ruang Kantor
Idan V












Oval: B                                                          B

                                                        Jln. Raya Binong
Keterangan        :               1. Sebelah Timur Rumah Penduduk
                                                 2. Sebelah Utara Rumah penduduk dan Ruko
                                                 3. Sebelah Barat GOR Bulu Tangkis Merah Putih
                                                 4. Sebelah Selatan Balai Desa Binong dan Ruko

NAMA-NAMA GURU SD NEGERI BINONG V
Tahun 2010/2011

No.
NAMA
GOL
MENGAJAR
KELAS
AGAMA
1.
Dra SUPARTINI
NIP. 19630207198304 2 004
TTL. Banyumas, 07 – 02 – 1963
IV. B
KEPSEK
-
     Islam
2.
SRI WAHYUNI, S.Pd
NIP. 19590705197905 2 001
TTL. Bantul, 05 – 07 – 1959
IV. A
Guru Umum
V
Islam
3.
NURMAYA SIHOMBING, S.Pd
NIP. 19620512198305 2 011
TTL. Sibaninbanon, 12 – 05 – 1962
IV. A
Guru Umum
III
Keristen Protestan
4.
RATNASIH, S.Pd
NIP. 19690812199103 2 016
TTL. Tangerang, 12 – 08 – 1969
T
Guru Umum
I. A
Islam
5.
ETI SUPIDAH, S.Pd
NIP. 131438863
TTL. Tasik Malaya, 26 – 05 – 1966
IV. A
Guru Kertakes
I  s/d  VI
dan II. A
Islam
6.
AI YUNAENI, S.Pd
NIP. 19680715200801 2 016
TTL. Sukabumi, 15 – 07 - 1968
III. A
Guru Umum
IV
Islam
7.
MARPUDIN, S.PdI
NIP. 19710616200604 1 015
TTL. Tangerang, 16 – 06 - 1971
II. C
Guru Agama Islam
I  s/d  VI
Islam
8.
SULASTRI, S.PdI
NIP. 19690927200701 2 013
TTL. Jakarta, 27 – 9 – 1969
II. B
Guru kelas
VI
Islam
9.
AISAH YUNIARSIH, S.PdI
NIP. 19680626200701 2 016
TTL. Cianjur, 26 – 6 – 1968
II. B
Guru Kelas
1.B
Islam
10.
LIESDA KOMARLINA, S.Pd
NIP. –
TTL. Jakarta, 10 – 08 – 1985
-
GuruB. Inggris
I  s/d  VI
Islam
11.
DEDI SETIAWAN, S.Pd
NIP. –
TTL. Bogor, 30 – 09 – 1988
-
Guru Penjaskes
I  s/d  VI
Budha
12.
REVI INDAH PURWANTI, S.Pd
NIP. –
TTL. Tangerang, 16 – 07 – 1990
-
Guru Kelas
                 II. B
Islam
13.
RASTO
NIP. -
TTL. Ciamis, 14 – 08 - 1952
II. B
Penjaga Sekolah
-
Islam



B.Temuan Temuan Penelitian
Penelitian diadakan di Lembaga pendidikan yaitu, Sekolah Dasar  tempat penulis mengabdikan ilmu yaitu SDN Binong 5 Curug Tangerang dengan diawali permintaan izin kepada Kepala Sekolah untuk mengadakan penelitian di sekolah dengan melibatkan para siswa.
Pendidikan yang diadakan dalam rangkaian pembinaan  akhlak siswa sangat diperlukan, bahkan tidak hanya dilakukan oleh guru bidang studi agama saja, tetapi juga dilakukan oleh guru-guru lainnya secara umum. Namun guru-guru bidang studi agama tentunya lebih memiliki peluang dan kesempatan dalam setiap tujuan pembelajarannya terutama dalam bidang akhlak.
Dari observasi penulis, beberapa hal yang dapat dijadikan sumber data antara lain :
a.    Kegiatan Belajar Mengajar di SDN Binong 5 Curug Tangerang
Dalam kurikulum Kementerian Agama RI jelas tercantum tujuan pembelaran yang tidak hanya berorientasi pada ranah kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotor. Ini artinya, SDN Binong 5 Curug Tangerang pada jam-jam pelajaran agama sangat memperhatikan hal tersebut.
Guru bidang studi agama Islam yang mengajar disini sudah menyelesaikan program studi strata satunya
Mata pelajaran agama menjadi mata pelajaran andalan untuk mencetak siswa yang berakhlak mulia. Dan kesuksesan seorang guru dinilai dari perubahan kelakuan seorang siswa baik di sekolah, rumah, tempat bermain atau di kehidupannya sehari-hari.
Kegiatan Belajar Mengajar di SDN Binong 5 Curug Tangerang berjalan dengan baik dan lancar. Karena pada prakteknya guru benar-benar memberi contoh, menjadi teladan bagi murid-muridnya. Seperti pembiasaan-pembiasaan mengucapkan salam cium tangan kepada guru, bertutur kata lembut kepada sesama dan lain sebagainya. Dan murid-muridpun nampak mengikuti apa yang diajarkan oleh guru.
Dari hasil observasi ini menunjukkan bahwa guru berhasil menanamkan kebiasaan yang baik dan terpuji kepada siswa-siswinya. Hal ini menjadi sebuah pandangan lengkap tentang upaya guru dalam meningkatkan akhlak siswa.
b.    Persiapan pembelajaran
Seperti biasanya, seorang guru akan mempersiapkan apa yang akan diajarkan sebelum ia masuk dalam kelas. Karena sesungguhnya keberhasilan Kegaiatan Belajar Mengajar terletak pada pemilihan metode yang tepat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam rangka meningkatkan akhlak siswa, antara lain :
1.    Rencana Program Pembelajaran lebih menitik beratkan pada sisi afektif dan psikomotor, bukan lagi hanya pada kognitif.
2.    Hendaknya memilih metode pembelajaran yang banyak melibatkan demonstrasi.
3.    Menentukan praktek dalam setiap materi yang disampaikan.
4.    Melakukan evaluasi dengan menyampaikan kisah-kisah sebagai perumpamaan.
5.    Memberi apresiasi dan sangsi atas setiap perilaku siswa yang baik dan tercela.
c.     Upaya guru dalam meningkatkan akhlak siswa melalui disiplin.
Di era globalisasi ini, akhlak menjadi pembicaraan serius .Hal ini karena memang pergeseran nilai yang terjadi pada generasi muda sekarang sudah terlalu jauh. Mungkin jika semua guru menjalankan tugasnya dengan baik dan benar, hal ini tidak akan terjadi. Terbukti di SDN Binong 5 Curug Tangerang, siswa-siswinya berperilaku terpuji, hal ini didukung pula dengan rendahnya angka pelanggaran. Beberapa hal yang sudah ditanamkan di SDN Binong 5 Curug Tangerang dalam bidang disiplin antara lain,
·      Siswa datang ke sekolah harus tepat waktu,
·      Siswa harus menggunakan seragam yang sudah ditetapkan pihak sekolah.
·      Siswa tidak dibenarkan keluar kelas ketika jam pelajaran berlangsung kecuali ada sesuatu hal.
·      Tidak dibolehkan berkelahi, mencorat-coret dinding sekolah, merusak fasilitas sekolah, membuang sampah bukan pada tempatnya, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya.
·      Siswa harus menjaga nama baik SDN Binong 5 Curug Tangerang
Dari sinilah seorang guru dapat melihat apa saja yang menjadi kendala bagi seorang siswa dalam menjalankan disiplin sekolah, dan menjadi bahan evaluasi bagi guru untuk memilih metode pembelajaran yang lebih efektif guna meningkatkan akhlak siswa.
Proses pendidikan pada dasarnya adalah kegiatan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta membina akhlak siswa. Seperti kita ketahui, bahwa akhlak merupakan suatu bentuk perilaku serta sikap siswa yang turut menentukan masa depannya. Pembinaan akhlak bukan merupakan tugas guru bidang studi agama semata, tetapi lebih dari itu, ia merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, guru dan masyarakat. Oleh karena itu, keberadaan disiplin di sekolah wajib didukung guna meningkatkan akhlak siswa.
Upaya lainnya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan akhlak siswa, adalah berbagai kegiatan. Berikut ini ada beberapa alternatif pembinaan siswa yang dapat menunjang kedisiplinan, antara lain :
 a) Pembinaan dalam kegiatan keagamaan,
b) Pembinaan kepribadian,
c) Pengawasan pelaksanaan tata tertib,
d) Pembinaan hubungan dengan orang tua siswa.
 Berikut ini penjelasannya satu persatu.
a)    Pembinaan dalam kegiatan keagamaan
Kegiatan keagamaan merupakan salah satu bentuk kegiatan yang mencoba menawarkan pembinaan akhlak yang baik. Melalui kegiatan ini para siswa diajak untuk memaknai hidup sebagai hamba Allah SWT. Diantara kegiatan-kegiatan tersebut adalah Peringatan Hari-hari Besar Islam, Pesantren Kilat, kegiatan renungan pada acara-acara perkemahan dan lain-lain.
b)   Pembinaan kepribadian
Kepribadian merupakan sikap perilaku yang ditampilkan oleh seseorang. Kepribadian seorang siswa perlu dibina dan dikembangkan agar ia mampu hidup mandiri dan bertanggung jawab. Selain itu, pembinaan kepribadian siswa merupakan upaya yang ditempuh guru dalam membantu siswa untuk menumbuhkan rasa percaya diri (confidence). unsur-unsur kepribadian itulah yang harus menjadi prioritas utama yang harus dilakukan guru dalam membina kepribadian siswa.
Oleh karena itu, membina akhlak siswa tidak hanya dibebankan kepada guru dan sekolah, akan tetapi orang tua dan masyarakat di sekitar anakpun perlu terlibat dalam pembentukan etika siswa.
c)    Pengawasan pelaksanaan tata tertib
Akhlak merupakan kondisi yang menimbulkan keselarasan dan keseimbangan dalam suatu kehidupan bersama. Dalam kehidupan sekolah, kondisi ini, mencerminkan keteracuan pergaulan siswa, penggunaan sarana dan penggunaan waktu yang tepat.
Dalam pengawasan pelaksanaan tata tertib di sekolah, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari para pengawas pelaksana tata tertib tersebut, antara lain :
§  Tata tertib harus disusun secara rinci dan sistematis, ada tata tertib untuk siswa, untuk guru atau karyawan, serta memuat hal-hal yang dilarang dianjurkan.
§  Untuk menciptakan tata tertib, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah mutlak diperlukan. Seperti tempat sampah, WC dan lain-lain.
§  Mengatur jadwal piket guru agar pelaksanaan pengawasan tata tertib dapat dikontrol dengan baik.
Secara lebih khusus Departemen Pendidikan Nasional mengemukakan beberapa tugas guru-guru bidang studi Agama dan Bahasa Indonesia yang bertanggung jawab terhadap pembinaan watak, ketaqwaan dan budi pekerti peserta didik di sekolah. Tugas-tugas itu sebagai berikut :
·      Mengarahkan kegiatan yang bersifat pembiasaan terhadap peserta didik untuk menerapkan nilai, norma-norma yang ada, seperti saling tegur sapa, mengucapkan salam, mendo’akan, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dan lain-lain.
·      Membimbing sikap berdisiplin dalam berbagai kegiatan sekolah yang mengandung nilai budi pekerti, seperti ibadah, menghimpun bantuan dana untuk menolong orang yang terkena musibah, mendengarkan siraman rohani dan lain-lain.
·      Mengadakan lomba kesenian seperti sandiwara, menulis, melukis dan lain-lain.
·      Memantau dan mengawasi sikap dan perilaku siswa dalam kegiatan dan pergaulan sehari-hari.
·      Memimpin dan mengkoordinir kegiatan siswa yang dapat menciptakan rasa aman dan menyenangkan di lingkungan sekolah.
d)   Pembinaan hubungan dengan orang tua siswa
Selain hal-hal diatas, hubungan orang tua siswa dengan para guru dan sekolah juga perlu kiranya mendapat perhatian. Orang tua di rumah harus mampu menjadi guru kedua di rumah, dan sebaliknya juga guru harus mampu menjadi orang tua kedua di sekolah, sebab anak masih sangat membutuhkan bimbingan dan keteladanan dari orang tua, guru dan masyarakat disekitarnya. Orang tua dan masyarakat yang berbudi pekerti luhur akan diteladani oleh anak. Demikian pula sebaliknya, jika mereka berkepribadian yang buruk, bukan mustahil bila mereka kelak akan meniru kepribadian tersebut.

A.      Solusi dari temuan penelitian
Agar tercapai sasaran yang diharapkan dalam penelitian ini, penulis telah melakukan proses pembuktian hipotesis yang telah diajukan. Adapun hipotesis yang telah diajukan terrangkum dalam pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara yang diajukan kepada para siswa SDN Binong 5 Curug Tangerang. Berikut penulis deskripsikan hasil penelitian sebagai berikut :
Penelitian pertama.
Jika guru melakukan bentuk-bentuk kegiatan dalam rangka peningkatan akhlak siswa, maka tingkat kedisiplinan siswa di SDN Binong 5 Curug Tangerang bertambah.
Penelitian kedua.
Jika upaya peningkatan akhlak yang dilakukan oleh guru tidak sesuai dengan kondisi sekolah dan masyarakat sekitar, maka disiplin di SDN Binong 5 Tangerang akan mengalami hambatan.
Penelitian ketiga
Jika guru mampu mengatasi kendala-kendala yang ada dalam peningkatan akhlak siswa di SDN Binong 5 Tangerang  maka tingkat kedisiplinan akan bertambah.
B.       Kendala-kendala dalam Penelitian
Selama penulisan skripsi ini, penulis menemukan banyak kendala di lapangan. Ada beberapa yang dapat langsung diselesaikan, tetapi tidak sedikit juga kendala yang hingga penelitian ini disidangkan belum tidak terpecahkan. Secara global dapat penulis sampaikan sebagai berikut :
1.        Kurangnya minat para siswa dalam mengikuti kegiatan-kegiatan terutama yang berkaitan dengan keagamaan. Hal ini karena memang pada dasarnya mereka sudah merasa cukup memiliki pengetahuan agama dari kegiatan belajar mengajar di kelas.
Solusi yang dapat penulis sampaikan adalah agar pihak SDN Binong 5 Curug Tangerang mewajibkan kepada seluruh siswa untuk mengikuti setiap acara keagamaan.
Kurangnya tenaga-tenaga ahli dalam bidang da’wah, bahkan cenderung membosankan bagi para siswa.
Solusi yang dapat penulis sampaikan adalah hendaknya pihak sekolah tidak melibatkan guru-guru yang ada di sekolah untuk mengisi acara-acara keagamaan, tetapi mengundang ustadz yang lebih ahli dalam bidang orasi. Hal ini guna mengantisipasi rasa bosan siswa-siswi.
2.        Terdapat lembaga pendidikan Dasar lainnya yang jaraknya tidak jauh, sehingga menimbulkan persaingan dalam kegiatan belajar mengajar, yang terkadang terasa tidak sehat.
Solusi yang dapat penulis sampaikan adalah agar pihak sekolah menambah kegiatan ekstra kurikuler yang tidak dimiliki oleh lembaga lain, dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai serta ciri khas dari sekolah itu sendiri.
Kendala terakhir tentunya adalah keterbatasan waktu, jika penulis disediakan waktu yang memadai untuk melakukan penelitian ini, maka hasil yang didapat akan jauh lebih baik.

















 
BAB V
PENUTUP

1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
1.      Pendidikan akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting, karena sesuai dengan kandungan ayat-ayat al Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW.
2.      Bentuk pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru di Sekolah Dasar Negeri Binong 5 Curug Tangerang, mencakup dua kegiatan yang bersifat ekstra kurikuler seperti kegiatan keagamaan pada hari-hari besar islam, pesantren kilat dan pramuka, sedangkan yang bersifat intra kurikuler diintegrasikan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, bahkan hal ini tidak hanya dituntut dari guru-guru bidang studi agama, melainkan kepada seluruh guru,
3.      Hambatan-hambatan dalam upaya pembinaan  akhlak siswa di Sekolah Dasar Negeri Binong 5 Curug Tangerang antara lain :

 
a).Kurangnya dukungan dari para orang tua murid serta masyarakat dalam mengawasi para siswa pada saat mereka berada diluar lingkungan sekolah.

b).Kurang konsistennya pembinaan dari guru-guru kelas, seperti pemberian sangsi, hukuman atau hadiah pada murid yang melanggar atau menjalankan disiplin.
Upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pembinaan akhlak di Sekolah Dasar Negeri Binong 5 Curug Tangerang adalah dengan memberikan teladan, memotivasi siswa dan mengevaluasi peningkatan akhlak siswa, terutama dalam pengawasan, baik di sekolah maupun di rumah, dengan bekerja sama dengan para orang tua murid dan masyarakat.

2.Saran-saran
Dalam rangka meningkatkan akhlak peserta didik agar dapat dirasakan dengan baik, menggairahkan dan tidak menakuti murid serta lebih terarah, maka hendaknya guru di Sekolah Dasar Negeri Binong 5 Curug Tangerang menyelenggarakan kegiatan pembinaan tersebut dalam bentuk yang terprogram secara khusus, menyenangkan dan tidak monoton serta berkesinambungan.
Dalam menjaga peningkatan akhlak tentu akan mengalami hambatan. Maka pihak sekolah dalam hal ini diharapkan untuk meminimalisir faktor-faktor penghambat tersebut, dengan berusaha melengkapi fasilitas dan menjaganya, menjalin kerja sama dengan pihak orang tua murid dan masyarakat, meminta semua guru dan wali kelas untuk mengintegrasikan peningkatan akhlak siswa secara konsisten, efektif dan berkesinambungan.
Agar kedisiplinan di Sekolah Dasar Negeri Binong 5  dapat diwujudkan dengan baik, hendaknya para murid meneledani sikap atau perilaku para guru yang berdedikasi tinggi dan menunjukan loyalitas dalam tugas. Selain itu perlu juga murid belajar bertanggung jawab dan menerima sangsi atas pelanggaran yang ia perbuat.
Demikian juga hendaknya para orang tua di rumah serta lingkungan masyarakat mampumengarahkan dan membimbing siswa siswinya dengan baik.












DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Yatimin, Studi Ahklak Dalam Perspektif Al-qur’an. Jakarta, 2007
Abidin Ibnu Rusd, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, edisi ke-1, Jakarta: Prenada Media, 2003.
_______, Metodologi Studi Islam, Ed, Revisi, Cet.Ke11, RajaGrapindoPersada, Jakarta, 2007
Aminuddin, Pendidikan Agama Islam Untuk perguruan tinggi Umum, Cet.Ke 2, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, cet. ke-1, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, Cara Belajar Abad XXI, terj. Dedy Ahimsa, cet. ke-1, Bandung: Nuansa, 2002.
Daniel Goleman, Social Intelligence Ilmu Baru tentang Hubungan Antar-Manusia, terj. Hariono S. Imam, cet. ke-1, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Dep. Pend. Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, Dasar-dasar Pendidikan, cet. ke-7, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1998/1999.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian RI, 2010, “Lomba Fun Science 2010”, http: //pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=6001,
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, cet. ke-3, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007
Gordon Dryden dan Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution): Belajar Akan Efektif Kalau Anda Dalam Keadaan “Fun” Bagian I: Keajaiban Pikiran, terj. Word++ Translation Service, cet. ke-1, Bandung: Kaifa, 2000.
H. Hamzah B. Uno, Profesi kependidikan. Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2008
Imam Al-Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, Suntingan Abu Fajar Al Qalami, Gitamedia Press, Surabaya, 2003
Kementerian Pendidikan Nasional, http: //www.kemdiknas.go.id/media/103777/ permen_27_2008.pdf, tanggal 23 Maret 2011, pukul 20.37.
Lexy J. Moleong, Metododologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, cet. ke-12, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003.
Marimba. Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung. PT. Al-Ma’arif, 1989.
Marzuki, Metodologi Riset, Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta, 1989
Masyhur, Kahar. Membina Moral dan Akhlak. Jakarta: Rineka Cipta, 1994
Moh Nazir, 1988. Metode Penelitian, Jakarta: Galia Indonesia, 1988
Mudiyaharjo, Redja, Pengentar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT Grafindo Persada, Cet ke-2,. 2002.
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an, Jakarta, 1984
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, cet. ke-7, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, cet. ke-3, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.
Narbuka dan Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Presiden Republik Indonesia, www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/104.pdf,
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar – Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, cet. ke-2, Bandung: Refika Aditama, 2007.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, cet. ke- IV, Kalam Mulia, Jakarta, 2005
Razak Nazaruddin, Dienul Islam. Bandung: Al-Ma’arif, 1973
Sardiman A. M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005
Shafique Ali Khan, Filsafat Pendidikan Al-Ghazali, Pustaka Setia, Bandung, 2005
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, cet. ke-2, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Persada, 1996
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2005.
Suharsimi Arikonto, ProsedurPenelitian Suatu pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta,, Cet. XII, 2002
Wikipedia Indonesia, “Pedagogi”, http: //id.wikipedia.org/wiki/Pedagogi, tanggal 23 Maret 2011, pukul 20.54.